TEMPO.CO, Jakarta - Prediksi hujan ekstrem yang sempat membayangi Jakarta dan sekitarnya pada 18-25 Februari 2021 dibuyarkan oleh kemunculan badai atau siklon tropis di Samudera Indonesia. Prediksi cuaca buruk yang membawa risiko banjir itu sirna karena siklon tropis di selatan Nusa Tenggara dan pusaran angin Borneo, yang ikut menyumbang dua hari cuaca cerah.
Hujan ekstrem itu, menurut peneliti klimatologi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin, sempat terjadi sekali. Hujan dinihari yang terjadi lama atau persisten selama 4-5 jam dengan intensitas curahan tertinggi 266 milimeter, memicu banjir di sebagian wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada 20 Februari 2021.
Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TReAK) dari Pusat Sains dan Teknologi Antariksa LAPAN telah memprediksi kondisi cuaca ekstrem itu dua hari sebelumnya. Pada 21 Februari dinihari, hujan masih berlanjut di Jakarta dan sekitarnya namun intensitasnya telah jauh berkurang.
Aktivitas konveksi atau proses pembentukan awan hujan pun hanya bersifat lokal serta cepat terurai dalam kurun 1-2 jam. “Sepanjang hari itu kawasan di Jawa bagian barat termasuk di Selat Sunda minim awan dan hujan,” katanya lewat keterangan tertulis, Ahad 28 Februari 2021.
Penyebab melemahnya konveksi itu dipengaruhi oleh aktivitas vorteks atau pusaran angin yang menjangkau wilayah dalam radius 50-200 kilometer dari Kalimantan alias Borneo. Kondisi itu bertahan hingga 22 Februari, dan menjadi penyebab cuaca yang cenderung cerah selama dua hari wilayah di Jawa bagian barat pada 21-22 Februari 2021.