TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Sumber Daya Air (Kadis SDA) DKI Jakarta Yusmada Faizal memaparkan tiga faktor yang mengancam Jakarta tenggelam.
"Jadi ada 3 prone yang mengancam Jakarta ini tergenang," kata Yusmada pada diskusi virtual Jakarta The Sinking City? pada Kamis, 2 September 2021.
Faktor pertama berasal dari meluapnya air hulu dari sungai-sungai di Jakarta. Kedua, berasal dari air hujan yang harus disalurkan ke polder-polder kemudian dipompa. Yang ketiga berasal dari air laut, terlebih dengan fenomena meningkatnya muka air laut.
Yusmada juga mengungkapkan bahwa Jakarta sudah tidak bisa sepenuhnya mengalirkan air ke laut secara gravitasi. Hal ini diperburuk dengan penurunan tanah di Ibu Kota.
“Satu tetes air yang dari turun hujan, misalkan lah di Bundaran HI. Itu tidak bisa lagi ngalir langsung, gravitasi ke laut. Dia harus mengalir dulu ke Waduk Melati baru dipompa ke laut melalui Kanal Barat,” ujarnya.
Pekerja tengah membuat beton pemecah ombak di kawasan Cilincing, Jakarta, 3 Agustus 2017. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menanggapi serius akan ancaman penurunan permukaan tanah dan banjir rob di utara Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Begitu pula dengan air yang jatuh ke Istana Negara harus mengalir dulu ke Waduk Pluit. Kondisi ini diperparah dengan kondisi daerah pesisir Jakarta yang kini berada di bawah muka air laut.
“Jadi tidak bisa normal lagi. Makanya kita perlu untuk dinormalkan pengaliran air itu melalui sistem-sistem polder,” ujar Yusmada.
Sistem polder merupakan cara penanganan banjir dengan kelengkapan sarana fisik yang meliputi sistem drainase kawasan, kolam retensi, tanggul keliling kawasan, pompa dan pintu air.
Sebelumnya, isu Jakarta tenggelam mencuat setelah dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Joe memperingatkan kemungkinan Jakarta tenggelam dalam 10 tahun mendatang.
ZEFANYA APRILIA | TD
Baca juga: Fenomena Penurunan Tanah di Daerah Pesisir Ancam Jakarta Tenggelam