TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mempertanyakan alasan tujuh fraksi penolak interpelasi Formula E menggelar konferensi pers di restoran. Menurut Prasetyo, seharusnya diskusi penolakan rapat paripurna interpelasi dilakukan di Gedung DPRD DKI bersama anggota dewan lainnya.
Prasetyo menyebut Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Partai Gerindra M. Taufik mengajari juniornya untuk memakai ‘parlemen jalanan’. Taufik memang hadir dalam konferensi pers yang digelar di Tesate Restaurant, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 27 September 2021.
Tujuh pimpinan fraksi yang hadir dalam konferensi pers di restoran itu menyatakan tak akan hadir rapat paripurna interpelasi.
“Di sinilah tempatnya. Ayo kita diskusi, berpendapat. Jangan kita bermain di luar,” ujar Prasetyo di Gedung DPRD pada Selasa, 28 September 2021. “Kemarin di rumah Gubernur, sekarang di restoran Tesate. Terus ngomongnya di luar semua. Saya enggak ngerti."
Pada rapat paripurna pengajuan hak interpelasi oleh Fraksi PSI dan PDI Perjuangan, hari ini, tak satu pun anggota 7 fraksi itu yang hadir. Rapat sempat dua kali ditunda atau diskors, yang pertama ditunda sejam lalu ditunda lagi selama 10 menit.
Tujuannya penundaan itu agar makin banyak anggota DPRD DKI yang hadir. Sebab, rapat paripurna interpelasi baru bisa berjalan apabila memenuhi syarat alias kuorum. Rapat akan kuorum jika dihadiri 50 persen +1 dari total anggota DPRD DKI atau 53 orang.
Rapat paripurna akhirnya dilanjutkan dengan agenda penyampaian pendapat dari anggota fraksi yang mengajukan interpelasi Formula E. Namun, tak ada keputusan yang diambil dalam rapat paripurna hari ini.
Rencananya Prasetyo akan kembali menggelar rapat Badan Musyawarah (Bamus) untuk penjadwalan ulang rapat paripurna interpelasi Formula E.
Baca juga: Tidak Kuorum, Rapat Paripurna Interpelasi Formula E Ditunda