Pada saat apel sebelum pramudi bertugas, PT Transjakarta juga melakukan pemeriksaan kesehatan ringan, yaitu berupa pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah. Izzul mengatakan pekerjaan pengemudi bus cukup berat, sehingga pengukuran tensi itu sangat penting.
"Apakah mereka tiba-tiba kena hipertensi atau yang lain. Itu rutin kami lakukan," tambahnya.
Manajemen TransJakarta juga melakukan pemeriksaan urine pengemudi bus secara acak saat apel. Tes urine ini untuk memastikan mereka bebas dari pengaruh alkohol atau obat terlarang. "Itu juga untuk meningkatkan kewaspadaan mereka," kata Izzul.
Dalam dua hari berturut-turut terjadi kecelakaan TransJakarta. Pada hari Kamis lalu, bus Transjakarta kecelakaan di simpang Pusat Grosir Cililitan (PGC). Bus menabrak pos polisi hingga hancur dan menyebabkan seorang petugas sterilisasi jalur terluka.
Bus Transjakarta menabrak separator busway di kawasan Bundaran Senayan, Jakarta, Jumat, 3 November 2021. Kecelakaan mengakibatkan bagian depan bus Transjakarta rusak karena menghantam separator busway. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Hari berikutnya, bus Transjakarta kembali mengalami kecelakaan karena menabrak separator jalan dari beton di sekitar halte Bundaran Senayan, atau depan Ratu Plaza di Jalan Sudirman.
Kecelakaan Transjakarta terparah adalah tabrakan di halte Cawang Ciliwung, Jakarta Timur, yang menewaskan pramudi bus dan seorang penumpang. Sebelumnya juga ada bus TransJakarta terbakar di Senen, dan kecelakaan menabrak separator di Gandaria, Jakarta Selatan.
Baca juga: Kecelakaan Bus Transjakarta, DKI Ungkap Indikasi Kinerja Direksi Tak Optimal