Didukung Kepolisian
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya saat itu Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan siap mengikuti program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang hendak menertibkan kawasan Kalijodo.
"Kami segera koordinasi dengan pemerintah daerah bagaimana langkah-langkah penertibannya. Prinsipnya, kami akan membantu," ucap Tito di Markas Polda Metro Jaya, Rabu, 10 Februari 2016.
Terkait kecelakaan maut yang disinggung Ahok, menurut Tito hal itu disebabkan faktor minuman keras, bukan faktor Kalijodo. Sebab, minuman keras ada di mana-mana. Tapi, bila Kalijodo yang dipermasalahkan pemerintah daerah, ia mengembalikannya ke pemda. "Apa kebijakan pemda, kami ikuti, kami dukung," kata Tito.
Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti dan Kepala Biro Operasional Martuani memantau operasi pekat di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta, 20 Februari 2016. TEMPO/Yohanes Paskalis
Sosok Daeng Aziz
Pengusaha tempat hiburan malam di Kalijodo, Abdul Aziz atau Daeng Aziz, menjadi pusat pemberitaan jelang penertiban kawasan itu. Aziz disebut-sebut sebagai penguasa di wilayah tersebut dan menentang penggusuran ini.
Kafe Intan Bar milik Aziz merupakan tempat hiburan terbesar di Kalijodo.
Sepekan jelang penggusuran, Polda Metro Jaya menetapkan Aziz sebagai tersangka karena dianggap memfasilitasi perbuatan cabul atau prostitusi. Dua hari sebelum “pembersihan” Aziz ditangkap.
Kisah Aziz dan Direktur Kriminal Umum Polda Metro saat itu Komisaris Besar Krishna Mukti pun menjadi bumbu-bumbu pelengkap penertiban wilayah ini. Aziz pernah menodongkan pistol ke Krishna Murti yang menjabat Kapolsek Penjaringan pada 2001.
Penodongan Aziz diduga karena ia tidak tahu jika Krishna adalah polisi. Cerita ini juga ditulis Krishna Murti di bukunya, Geger Kalijodo, yang bercerita soal penggusuran 2003.
Tokoh masyarakat Kalijodo, Daeng Aziz, datangi DPRD Jakarta untuk bertemu dengan Komisi E dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, 15 Februari 2016. TEMPO/ARIEF HIDAYAT
Baca juga: EKSKLUSIF: Daeng Aziz Blakblakan Soal Pelacuran Kalijodo