Maka, Iwan melanjutkan, segala bentuk pemeliharaan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, termasuk urusan pemeriksaan. Pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Banten, hanya diminta untuk membantu pemeliharaan dari segi kebersihan. Misalnya mengangkut sampah dan memotong rumput.
"Inspeksi terakhir kami lakukan pertengahan 2008," ujar Iwan. Saat itu, jajarannya memeriksa seluruh bagian situ, termasuk bagian yang kemarin jebol. "Saat itu tidak ada apa-apa, tidak ada masalah," katanya. Usai pemeriksaan, pekerja dari Departemen Pekerjaan Umum memasang paving block atau jalan yang dijadikan lintasan untuk berlari.
Musibah kemarin, lanjut Iwan, bukan terjadi atas kesalahan manusia atau pun kerusakan sarana situ. "Tapi karena volume air yang terlalu besar," ujarnya. Hujan lebat turun di hulu atau Bogor, Jawa Barat, sejak Kamis (26/3) sore. Akibatnya air masuk lewat anak Kali Pesanggrahan dan tidak mampu ditampung situ, sehingga jebol terjadi overflow atau limpas. Menurutnya, terdapat 1,5 juta kubik air yang mengalir melalui jebolan di sisi utara Situ Gintung.
Waduk yang dibangun oleh pemerintah kolonial pada 1932 itu, kata Iwan, tidak dirancang untuk menahan besarnya curah hujan seperti kemarin. Dia mengatakan Kamis sore hujan turun dengan intensitas 356 meter kubik per detik atau sama dengan 50 meter tinggi. "Belanda hanya rancang untuk 1 sampai 2 meter tinggi," katanya.
Iwan menambahkan, perubahan iklim meningkatkan curah hujan secara drastis. "Di samping adanya perubahan lingkungan, seperti banyaknya pemukiman di sekitar situ," kata Iwan. Saat inspeksi terakhir, dia mendapati banyak rumah yang dibangun berdempetan dengan tanggul.
REZA M