Onih berkisah, selama MA di tangan Iwan, keseharian anaknya adalah keliling, memulung, diancam, dan dipukul. Ketika minta diantar pulang ke orang tuanya, Iwan justru melempar ancaman, bahkan memukul bagian paha MA.
"Dipukul pahanya dua kali," ujar Onih. "Kalau malam dia nangis, rewel minta pulang, pelakunya bilang, 'Diam jangan berisik, entar gua tabok, loh'. Ditabok juga." Sama penculiknya, MA hanya diberi makan sekali sehari. Tapi aktivitas memulung dilakukan dari sore sampai malam.
Baca juga: Polisi juga Beri Pendampingan ke Orang Tua Korban Penculikan, Alami Trauma Kehilangan Anak
Cerita MA diculik terjadi pada Rabu 7 Desember 2022. Pagi itu, Onih bergegas menuju rumah majikan tempat ia menjadi asisten rumah tangga. Ia berangkat pagi dan pulang sekitar pukul 17.30. Dengan waswas ia kembali ke rumah sekitar jam 3. Alasannya ada handuk yang mau ia jemur.
Saat itu MA tak ada di rumah. Ia bertanya ke Tunggal, suaminya. Tapi lakinya mengaku putrinya tengah dibawa Yudi, nama lain Iwan Sumarno, membeli ayam goreng. Kepada Onih, Tunggal mengaku sudah keliling mencari putrinya, tapi jejak mereka tak ada di tempat yang dia datangi.
"Udah sana cari lagi, saya mau balik kerja. Entar kalau balik baru saya cari," kata Onih, sambil beranjak menuju rumah majikannya. Rumah keluarga MA, yang menempati bangunam ruko ini, berdampingan dengan rel kereta. Ia dipisah oleh tembok setinggi 2,5 meter. Bangunan itu berada di kawasan pasar ikan hias.
Mereka menempati tiga bilik. Setiap bilik berukuran sekitar 1,5 x 2 meter. Satu bilik tempat tidur, dan lainnya dijadikan kedai kopi dan kios ikan hias. Sekitar 20 meter sebelum kediaman MA, ada dipan bambu berjejer. Ada dua bale untuk tempat duduk, dan lainnya tempat pemeliharaan ikan, tepat di bawah pohon Mahoni.
Iwan kerap duduk dan istirahat di situ. Seorang penjual burung yang bersebelahan dengan bilik Onih bercerita, ia kerap melihat MA dan adiknya menemui Iwan saat pria itu duduk di dipan itu. "Ya, tahu. Saya kan sering duduk di situ," kata pedagang burung, tetangga Onih.
Di hari MA diculik, dan pada malam hari bocah itu belum ditemukan, Onih semakin takut. Keesokan harinya ia mendatangi pos polisi untuk melaporkan itu, tapi penghuni pos kosong.
Dua hari berikutnya, Jumat, 9 Desember, Onih langsung menuju kantor Kepolisian Resor Jakarta Pusat dan melaporkan MA hilang. Pasca-pelaporan itu kabar penculikan MA menyebar. "Saya enggak tahu jelas dia tinggal di mana, punya kontrakan apa tidak, itu saya enggak tahu," tutur dia.
Onih mengenal si penculik Iwan Sumarno