TEMPO.CO, Bekasi - Pelaksana tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menemukan kejanggalan dalam proses Pendaftaran Peserta Didik Baru atau PPDB zonasi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Bekasi. Ditemukan satu nama siswa yang terdaftar berkali-kali, tetapi alamatnya beda-beda.
"Hari ini saya lihat di SMAN 1 itu namanya Siti Aisyah semua, tetapi Siti Aisyah yang lain alamatnya lain semua sehingga yang terjadi sekolah-sekolah dalam lingkaran 400 meter itu sudah penuh," kata Tri di halaman Kantor Wali Kota Bekasi, Senin, 10 Juli 2023.
Tri bersama jajaran dinas terkait mendatangi SMAN 1 Kota Bekasi untuk memantau proses PPDB di sekolah tersebut. Hasil pemantauannya, PPDB online di SMAN 1 Kota Bekasi umumnya berjalan sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Namun, harus ada perbaikan sistem PPDB online khususnya pada jalur zonasi. Menurut Tri, sistem PPDB zonasi saat ini memiliki kelemahan yang berpotensi dilakukan kecurangan.
Kelemahan itu terdapat pada aturan siswa bisa berpindah ke KK yang alamatnya dekat dengan sekolah minimal satu tahun sebelum ikut PPDB zonasi.
"Kelemahan yang ada memang ketentuannya boleh memindahkan KK (anggota keluarga) dari satu alamat kemudian pindah ke alamat di sekitar sekolah. Jadi, oleh karena itu, ketentuannya apakah perlu perbaikan atau penyempurnaan," ujar Tri.
Tri berharap Kementerian Pendidikan bisa mengevaluasi sistem PPDB zonasi agar tujuan penerimaan siswa yang tinggal di sekitar sekolah tertentu dapat maksimal.
"Karena filosofi dari keinginan proses zonasi ini, kan, bagaimana supaya warga yang ada di sekitar sekolah sini bisa sekolah sehingga tidak ada lagi yang disebut sebagai sekolah favorit kemudian juga anak-anak sekolah bisa berangkatnya lebih awal dari rumah," ujar Tri.
Pilihan Editor: 5 Fakta PPDB Zonasi di Kota Bogor: 913 KK Bermasalah hingga 155 Siswa Dicoret
