TEMPO Interaktif, Tangerang - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Benteng Kota Tangerang tengah mengembangkan air bersih steril dan langsung minum.
Proyek ini dikembangkan setelah perusahaan berhasil membuat air bersih siap minum di perumahan Arcadia Batuceper tahun 2008 silam.
Wali Kota Tangerang Wahidin Halim juga telah memerintahkan perusahaan itu segera merencanakan dan mengembangkan instalasi air berkualitas siap minum itu di lingkungan pusat pemerintahan dan Masjid Raya Al-Azhom.
"Selanjutnya bisa dikembangkan ke fasilitas-fasilitas umum," kata Wahidin.
Secara terpisah, Ahad (21/2), Ichsan Sodikin, Kasie Humas PDAM Tirta Benteng, mengatakan pengembangan layanan air bersih siap minum berproses dari pengedropan air bersih PDAM ke instalasi lain.
Baca Juga:
Instansi tersebut harus memiliki teknologi pengolahan menjernihkan air sehingga bebas dari bakteri dan bahan kimia berbahaya. Konsep ini telah sesuai dengan standar Kepmenkes No. 907/2002 tentang pengelolaan air.
Ichsan mengatakan teknologi yang diterapkan dalam mengolah air bersih siap minum adalah dengan Zona Air Minum Prima (ZAMP) yang memiliki beberapa syarat utama.
Persyaratan itu di antaranya jaringan pipa distribusi relatif baru dan kondisinya sangat baik, serta terpisah dari jaringan pipa lain sehingga mudah diawasi.
Untuk fasilitas umum, nantinya perusahaan akan membandrol harga Rp 55 per galon, relatif lebih murah dan bermutu jika dibandingkan dengan air isi ulang yang berada di kisaran Rp 3.500 per galon dan belum terjamin mutu kesehatannya.
Jajaran Direksi PDAM Tirta Benteng tengah mematangkan rencana mengembangkan ZAMP ke Masjid Al-A’zhom, Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, dan fasilitas umum lainnya.
Toni Wismantoro sebagai anggota Badan Pengawasan PDAM Tirta Benteng mengakui pihaknya memang mendorong agar jajaran direksi bisa memenuhi permintaan Wali Kota itu.
Apalagi, katanya, Wahidin sebelumnya melansir hingga Februari ini ada 80 ribu rumah yang belum terlayani air bersih dari PDAM. Sementara sisanya, sekitar 53 ribu rumah sudah menikmati air bersih tersebut.
Menurutnya, hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi Wali Kota dan jajarannya untuk memberikan pelayanan air bersih kepada warganya. Pemerintah Kota menargetkan dalam waktu empat sampai lima tahun ke depan seluruh warga sudah bisa menikmati air bersih.
Paling tidak, kata Wahidin, sekitar 20 ribu rumah bisa terlayani air bersih setiap tahun. Dia menyebutkan saat ini baru sekitar 50 persen masyarakat yang terlayani air bersih.
Dari pengamatan Tempo di sejumlah kecamatan pinggiran, masyarakat bahkan memanfaatkan saluran irigasi sebagai sarana mandi, cuci, kakus (MCK). Itu disebabkan karena kebutuhan air bersih belum masuk ke wilayah itu.
Selain air irigasi, warga juga memanfaatkan air sumur dan membeli air kemasan untuk kebutuhan memasak.
Dian Zahroh, warga Kenanga Cipondoh, mengatakan per bulan harus mengeluarkan uang Rp 75 ribu untuk membeli air kemasan isi ulang yang dijual per galon Rp 4.000.
Dia berharap dengan adanya jaringan air bersih akan membantu masyarakat. "Kami juga menggunakan sumur pompa untuk mencukupi kebutuhan seperti mandi dan mencuci," kata Zahroh.
AYU CIPTA