Linda menerangkan, tanda silang ini akan dibuat dari bahan yang anti air sehingga tidak cepat rusak. Selain itu, akan dibuat juga himbauan-himbauan untuk warga, yang memberitahukan jarak aman antara pohon dan orang yang melintas. "Ini semua masih konsep. Jadi realisasinya masih belum tahu kapan. Yang pasti dalam waktu dekat," tuturnya.
Selama ini, Linda mengakui, pihaknya tidak memberi tanda peringatan apapun yang disematkan di pohon yang dinilai rawan tumbang. Meski begitu, ia menekankan, pemangkasan rutin selalu dilakukan pihaknya secara berkala tiap sepekan sekali. "Sudah 14 ribu pohon kami pangkas sepanjang tahun ini," katanya.
Di Jakarta sendiri, berdasarkan penelitian Institut Pertanian Bogor dan Dinas Pertamanan DKI Jakarta, sebanyak 3 persen dari 70 ribu pohon yang diteliti rawan tumbang. Kriteria pohon tumbang itu, lanjut Linda, adalah keropos, kulit terkelupas, usia di atas 20 tahun dan pohon terlalu rimbun. "Tapi ini bukan acuan pasti. Itu penjelasan kasat mata saja," katanya.
Dinas memiliki enam posko pohon rawan tumbang yang tersebar di lima wilayah Jakarta. Saat peristiwa angin kencang, Selasa (28/12) sore, posko tersebut, kata Linda, sudah berupaya sebaik mungkin. Kala itu, sesaat setelah pohon bertumbangan, dijelaskannya, posko mengirim masing-masing satu orang buser yang mengendarai motor untuk mengamankan tempat kejadian. "Dia membawa gergaji mesin dan alat panjat. Setelah macet hilang, kemudian akan disusul truk dan mobil bak," ceritanya.
HERU TRIYONO