TEMPO.CO, Jakarta - Dukungan agar tanggal 22 Januari ditetapkan sebagai Hari Pejalan Kaki kian bergulir. Komunitas Pejalan Kaki (KAKI) menyatakan penetapan itu diperlukan untuk melindungi mereka yang lebih lemah (di jalan raya), yakni para pejalan kaki. "Kita semua perlu instropeksi agar tidak menciptakan situasi dan kondisi yang menegaskan bahwa kota adalah milik yang kuat saja," kata Awalil Rizky, koordinator KAKI, di kawasan Tugu Tani, Jakarta, Ahad, 5 Februari 2012.
Awalil menegaskan jalan beserta aktivitas lalu lintas tidak hanya disediakan untuk kendaraan bermotor. "Sepatutnya pejalan kaki mendapatkan tempat yang lebih aman dan layak."
Pernyataan KAKI ini kian menambah kalangan masyakat yang prihatin atas terpinggirkannya hak-hak pejalan kaki di jalan raya. Sebelumnya Marco Kusumawijaya, seorang arsitek dan Direktur Ruang Jakarta (Rujak), menyatakan tanggal 22 Januari layak dijadikan Hari Pejalan Kaki. Tanggal itu dipilih untuk mengenang 9 pejalan kaki yang tewas akibat ditabrak mobil yang dikendarai Afriyani Susanti pada 22 Januari 2011 lalu.
Untuk menegaskan hak-hak pejalan kaki itu Marco menyatakan akan menggelar sejumlah aksi, di antaranya aksi menggertak pengendara motor di trotoar. Dalam pengamatan Tempo, di tengah kemacetan lalu lintas Jakarta, para pengendara motor memang kerap menyerobot pedestrian yang semestinya menjadi hak pejalan kaki.
Pada Ahad pagi sekitar 25 aktivis KAKI melakukan aksi doa bersama dan tabur bunga di lokasi terjadinya kecelakaan maut di kawasan Tugu Tani, Jakarta. Mereka kemudian membagikan pernyataan yang mendukung hak-hak pejalan kaki kepada anggota masyarakat yang lewat di sekitar Tugu Tani. Awalil berharap agar kecelakaan maut itu dijadikan momentum untuk memperbaiki cara dan etika masyarakat dalam berlalu lintas.
Iwan Syamariansyah, salah seorang aktivis, mengatakan KAKI akan konsisten melakukan gerakan penyadaran hak-hak pejalan kaki. Salah satunya, setiap dua pekan pada hari Ahad aktivis KAKI akan turun ke jalan untuk melakukan aksi-aksi yang terencana. Dia berharap semakin banyak masyarakat bergabung dalam gerakan ini.
Awalil menyatakan gerakan KAKI bermula dari sebuah grup di Facebook (Komunitas Pejalan Kaki) yang anggotanya memiliki keprihatinan sama tentang terpinggirkannya hak-hak pejalan kaki. Mereka lalu berpikir untuk membawa gerakan ini ke "dunia Nyata", yakni aksi nyata yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. "Ini gerakan budaya dan tidak berorientasi politik. Semakin banyak yang melakukan ini, akan semakin baik."
TULUS WIJANARKO