TEMPO.CO, Jakarta -Jajaran Pemerintah Kota Jakarta Timur bisa semringah karena memenangi Piala Adipura 2012 perigkat 5 setanah air untuk kategori kota metropolitan. Tapi, tidak dengan warga dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta. Mereka justru bertanya-tanya penyebab Jaktim bisa dianugerahi piala tersebut.
Ubaidillah, Direktur Eksekutif Daerah Walhi Jakarta, mengatakan pemberian Adipura hanya bersifat seremonial. "Adipura ini seremonial saja, pencitraan," katanya ketika dihubungi, Rabu 6 Juni 2012. Dia menyebut penilaian Adipura secara teknis belum menyentuh hingga akar rumput. Penilai memantau ke lapangan hanya jalan sambil lewat. "Permukaannya saja."
Komentar pedas mengalir dari warga Jaktim sendiri. Fabian Kuwado, 23 tahun, misalnya, warga yang lahir dan besar di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, ini mengaku heran Jaktim memenangi Adipura. Dia mempertanyakan cara penilaian Adipura. "Jangan-jangan wilayah kompleksnya saja yang dinilai," ucap dia.
Sebab, pengamatan Fabian sehari-hari, kawasan timur Ibu Kota itu masih dibelenggu masalah sampah. "Di Pasar Rebo ada pembuangan sampah yang kalau malam bau banget," ia menuturkan. Petugas penanganan sampah juga merupakan usaha swadaya masyarakat. "Kami tidak beri duit ke Dinas Kebersihan, tapi petugas swadaya."
Warga lain, Fana, 26 tahun, menyatakan hal yang sama. Ia khawatir, pembersihan kota hanya dilakukan ketika tim penilai Adipura datang meninjau lapangan. "Itu lomba bersih-bersih, bukan kota paling bersih. Mending kasih piala ke petugas kebersihannya daripada ke kotanya," ujar Fana.
Baca juga:
Budi Malau, 35 tahun, warga Cijantung, lebih kesal lagi. Pendapatnya tak jauh beda. "Itu bohong-bohongan. Pas ada Adipura saja bersih-bersih. Itu lebih cocok disebut lomba bersih-bersih daripada lomba kebersihan," ucap dia.
Budi mencontohkan sejumlah titik di Jaktim yang menurut dia masih kotor. Misalnya, Kampung Rambutan. Lalu, di flyover Pasar Rebo, setelah lewat tengah malam, sampah juga bertebaran. Belum lagi Kampung Melayu. "Bau pesing," kata dia tegas.
Komentar-komentar itu disanggah oleh Kepala Humas Wali Kota Jaktim, Gatut Sudharsono. Menurutnya, pemberian penghargaan itu tidak sembarangan. "Yang menyerahkan kan Presiden. Ada kriteria tersendiri." Penilaian juga melewati tahap yang panjang. Ia menambahkan, warga yang sinis atas penghargaan ini adalah segelintir warga yang tidak berkontribusi dalam membersihkan kawasan Jaktim. "Itu warga yang tidak pernah kerja bakti," ujar Gatut.
Dia juga membantah Suku Dinas Kebersihan tidak turun tangan. Gatut menjelaskan, di level RT dan RW, warga memang punya petugas kebersihan sendiri yang membawa sampah ke depo. "Tapi yang membawa sampah dari depo ke TPD itu petugas Suku Dinas Kebersihan," ujar dia.
Sebelumnya, kemarin, empat kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta meraih Piala Adipura, yaitu Jakarta Pusat yang menduduki peringkat 3 nasional, Jakarta Selatan, peringkat 4 nasional, dan Jakarta Timur, peringkat 5 nasional, serta Jakarta Utara, peringkat 8 nasional.
ATMI PERTIWI
Berita terkait :
Lumajang dan Probolinggo Raih Piala Adipura
Jakarta Utara Evaluasi Kenapa Tak Terima Adipura
Bekasi dan Bandar Lampung Terkotor se-Indonesia