TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan proyek modifikasi cuaca yang dilakukan lembaga itu bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bakal menelan biaya Rp 13 miliar. "Dana itu diambilkan dari anggaran BNPB," ujar Kepala BNPB Syamsul Maarif dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdana Kusuma, Sabtu, 26 Januari 2013.
Biaya sebesar itu, kata Syamsul, akan digunakan selama dua bulan operasional proyek pencegah banjir yang dimulai hari ini. "Baru berakhir pada 25 Maret 2013," ujarnya.
BNPB memang memutuskan menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah banjir Jakarta. Dari landasan Udara Halim Perdana Kusuma, BNPB mendapat bantuan empat buah pesawat yakni satu pesawat Hercules, dan tiga pesawat jenis Cassa. "Anggaran ini juga dipakai untuk biaya perawatan pesawat," ujar Syamsul. Keempat pesawat itu akan membawa bubuk zat kimia untuk memindahkan hujan atau memaksa hujan turun sebelum memasuki Jakarta.
Peneliti BPPT Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa proyek yang dinamakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ini menggunakan dua metode. Pertama, mempercepat proses awan menjadi hujan (jumping process). "Awan akan turun jadi hujan sebelum masuk Jakarta," ujar Handoko. Dengan metode ini, hujan tak sempat menjadi awan besar yang bisa menimbulkan hujan lebat. "Untuk proses percepatan ini, dibutuhkan bahan bubuk semai sejenis garam yang dibawa dengan pesawat," kata Handoko.
Metode kedua dilakukan jika awan sudah masuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Jakarta. Awan akan 'diganggu' proses pertumbuhannya dan disingkirkan dari DAS. Eksekusi metode ini bisa dilakukan dengan peralatan darat, yakni ground-based generator. "Fungsinya membangkitkan partikel halus yang menciptakan efek agar awan sulit berkembang," ujarnya.
Seusai konferensi pers, BNPB dan BPPT langsung mengecek persiapan pesawat yang diparkir di Lanud Halim. Rencananya, pesawat akan berangkat Sabtu sore ini.
M. ANDI PERDANA