Meski sudah puluhan tahun tinggal di kampung tersebut, Pariyem belum pernah sekalipun menginjakan kakinya ke rumah Yuki. Padahal, tempat kamp perbudakan buruh itu berada persis di depan rumahnya. Persis di belakang tembok kamp itu ditumbuhi semak rerumputan. “Kalau lompatnya dari tembok yang itu,” kata Pariyem menunjuk tembok yang tepat di bawahnya jalan tikus. Jalan tikus menuju rumah Pariyem itu diapit rumah gedong Yuki dan di sebelah kirinya tempat penampungan limbah milik seorang anggota kepolisian.
Menurut Pariyem, sebelum dibuka pabrik panci pada 2012, buruh pabrik peleburan alumunium itu dibiarkan berinteraksi dengan warga. “Ada yang suka makan di sini. Dulu ada yang dari Bandung, Tasikmalaya tapi kontrak tiga bulan atau enam bulan ganti lagi. Dulu tidak seperti ini (disiksa),” kata Pariyem.
Penderitaan puluhan buruh itu berakhir Jumat pekan lalu setelah polisi menggerebek pabrik panci yang memperbudak buruhnya. Yuki dan enam mandornya ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat sejumlah pasal pidana. Sima berita kekejaman perbudakan buruh di sini.
AYU CIPTA
Topik Terhangat:
Pemilu Malaysia | Harga BBM | Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg
Berita Terpopuler
Jokowi Galau Bass Metallica 'Disita' KPK
Smartphone Lebih Kotor dari Kloset
Ferguson Ingin Mengundurkan Diri dari MU