TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Tika Bisono menganggap Sekolah Dasar Negeri Makassar 09, Jakarta Timur, lalai dalam mengawasi murid-muridnya sehingga seorang siswa senior melakukan kekerasan terhadap yuniornya, Renggo Kadapi, 11 tahun, kelas V.
"Sekolah seperti itu tidak layak beroperasi," kata Tika kepada Tempo, Senin, 5 Mei 2014. Seyogianya, kata dia, sekolah memiliki catatan spesifik monitoring siswa. Dengan catatan, perilaku anak seperti penganiaya Renggo sudah terpantau sejak lama. (baca: Renggo Meninggal, Kepala Sekolah Terancam Dipecat)
Misalnya dari catatan akademik yang bermasalah sehingga orang tua kerap dipanggil. "Kecuali gurunya enggak peduli. Jika guru peduli, anak korban bullying bisa mengadu ke guru. Lalu guru mensosialisasikan untuk menghentikannya. Siswa yang mengadu jadi pede," ucap Tika.
Dengan munculnya kasus Renggo, Tika curiga guru-guru di sekolah tersebut hanya mementingkan kegiatan akademik di kelas. "Setelah selesai, masuk ruang guru." Dengan begitu, ada pembiaran terhadap perilaku anak yang badung atau sering berulah.
"Anak diajari jadi berandal sejak kecil. Guru yang tidak menerapkan pedagogi, itu bukan guru-guru, bukan yang layak mengajar," ujarnya.
Apalagi, dalam diri anak usia sekolah ada yang disebut temper tantrum, yaitu perilaku mengamuk yang dipicu oleh ketidakstabilan emosi. "Anak kecil tidak sadar apa yang mereka pakai, masih belajar berdebat dan pola pikirnya terbatas."
Renggo Kadapi meninggal pada Ahad, 4 Mei 2014 pukul 01.00 WIB. Sebelumnya, pada 28 April, Renggo dipukul siswa kelas VI. Penyebabnya sepele, yakni Renggo tak sengaja menyenggol minuman milik seniornya itu. (baca: Ini Pengakuan Senior yang Membuat Renggo Meninggal)
ATMI PERTIWI