TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Pengamat persampahan kota dari Universitas Gadjah Mada, Sodiq Suhardianto, mengatakan krisis sampah berkepanjangan di Tangerang Selatan terjadi karena kesalahan pemerintah dalam sistem pengelolaan sampah.
Dia menyarankan, dengan luas lahan dan anggaran yang terbatas, Tangerang Selatan sebaiknya memilih teknologi pengeloaan sampah yang terjangkau dan praktis.
"Kalau Pemkot Tangerang Selatan tidak mampu mendatangkan investor pengolah sampah karena proses tender investasi yang rumit, solusinya ada," kata Sodiq kepada Tempo, Kamis, 5 Juni 2014.
Diantaranya, kata dia, membangun pabrik sampah dengan volume 500 ton per hari. Teknologi pengolahan sampah dari Jerman ini, ujar dia, hanya membutuhkan lahan seluas, yakni 6-10 hektare. Sampah-sampah terdebut dipilah dan dicacah. "Produk yang dihasilkan adalah kompos berkualitas (organik fertilizer) dan dari pengolahan sampah anorganik akan menghasilkan bahan bakar pengganti RDF (refuse, derived, dan fuel)," katanya.
Anggaran dan prosesnya pun tidak rumit. "Anggarannya sekitar Rp 50 miliar," tuturnya. Dengan cara ini, Sodiq menambahkan, operator TPA tetap dikendalikan oleh pemerintah daerah, sedangkan operasional teknologi pengelolaan sampahnya bisa dikontrakkelolakan. "Cara ini cukup efektif melihat kondisi Tangerang Selatan saat ini."
Kepala Bidang Kebersihan Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Tangerang Selatan Yepi Suherman mengakui pihaknya masih mencari berbagai alternatif yang tepat untuk mengatasi krisis sampah di wilayah hasil pemekaran Kabupaten Tangerang itu.
Dari rencana memperluas TPA Cipeucang menjadi 15 hektare, pembuatan kolam sampah baru seluas 1,7 hektare hingga bekerja sama dengan pemerintah daerah lain, seperti Lebak dan Kabupaten Tangerang. "Tapi semuanya butuh waktu dan proses," katanya. (Baca: Hanya 20 Persen Sampah Tangerang Selatan Terangkut)
Kini, TPA Cipeucang yang beroperasi sejak dua tahun lalu sudah penuh sampah yang melebihi kapasitas. Selain itu, karena TPA tersebut dibuat tidak sesuai dengan standar, bau busuk sampah itu mencemari udara dan lingkungan sekitar.
JONIANSYAH