TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah orang tua siswa mengungkapkan kekhawatirannya ketika putra-putri mereka masuk ke jenjang SMA. Ratih, 50 tahun, misalnya, mengatakan takut putrinya menjadi sasaran perpeloncoan atau korban bully yang dilakukan siswa senior.
Putri Ratih, Maarat Nursyarafah, 15 tahun, diterima di SMAN 70 Jakarta. "Saya takut kalau masih ada bullying," kata Ratih saat ditemui Tempo di SMA 70, Kamis, 10 Juli 2014. (Baca: Tersangka Ospek SMA 3 'Sweet Seventeen' di Penjara)
Kekhawatiran Ratih dilatarbelakangi peristiwa tewasnya seorang siswa SMAN 3, Arfiand Caesary Alirhami, 16 tahun, setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Sabhawana di Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat. Becermin pada kejadian itu, Ratih meminta meminta pengurus SMA 70 menjaga siswa-siswanya agar tidak melakukan bullying. "Karena nanti efeknya ke pelajaran si anak. Kalau ada tekanan, si anak jadi takut sekolah dan malah enggak mau belajar," kata Ratih. (Baca: Alumni Sabhawana SMA 3 Diduga Aniaya Arfiand)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 70 Feriansyah mengatakan untuk menghindari bullying, tahun ini SMA 70 mengambil alih kepanitiaan Masa Orientasi Sekolah (MOS). "Sebelumnya kepanitiaan MOS dipegang oleh pengurus OSIS, tapi tahun ini guru yang ambil alih," kata Feri.
Kegiatan MOS, kata Feri, akan diadakan tiga hari di sekolah. Kegiatan tersebut akan lebih banyak berada di dalam ruangan untuk materi pengenalan lingkungan sekolah. Di samping itu, kata Feri, siswa baru diberi kesempatan untuk mengenal kakak-kakak kelasnya pada saat pemberian materi oleh panitia Organisasi Intra Sekolah (OSIS).
Feri juga mengatakan jika memang ada kejadian bullying atau intimidasi dari senior, segera laporkan pada pihak sekolah. "Segera laporkan saja siapa yang melakukan, tidak pandang anak pejabat atau bukan," kata Feri.
DEVY ERNIS
Berita terpopuler:
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200
Serangan ISIS Mendekati Mekah
Hidayat: Presiden Baru Harus Naikkan Harga BBM