TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pengamat transportasi menilai pengelola Transjakarta terlalu tergesa-gesa dengan menghilangkan sistem tiket integrasi. Pengamat transportasi, Danang Parikesit, menyebutkan sejumlah "bolong-bolong" akibat penerapan e-ticket Transjakarta yang tergesa-gesa ini.
"Di mana-mana kalau namanya integrasi harusnya lebih murah," kata Danang ketika dihubungi Tempo pada Rabu, 30 Juli 2014.
Kelemahan pertama, dengan menghilangkan tiket integrasi ini, penumpang akan membayar dua kali. Transjakarta beralasan, penghilangan tiket integrasi ini karena akan menerapkan sistem e-ticketing. Toh, ujar Danang, sistem e-ticketing yang sekarang juga masih dirasa memberatkan penumpang. (Baca: Tiket Kopaja Tak Lagi Dijual di Loket Transjakarta)
Kelemahan kedua, belum semua halte menyediakan layanan isi ulang kartu. Penumpang hanya bisa mengisi di halte tertentu saja. "Belum memberi kemudahan," tuturnya.
Direktur Utama Institute for Transportation and Development Policy Indonesia Yoga Adiwinarto juga menyayangkan langkah ini. Ini pula yang menjadi kelemahan ketiga. Menurut dia, hal ini akan berimbas pada turunnya jumlah penumpang.
"Seharusnya antara operator angkutan integrasi dan Transjakarta duduk bersama merumuskan konsep yang pas," katanya. Keunggulan angkutan integrasi, menurut Yoga, adalah daya jangkaunya bisa lebih fleksibel dibanding Transjakarta. "Daerah penyangga bisa dilayani dengan angkutan integrasi," tuturnya. Dengan seperti ini, masyarakat malah bisa beralih ke kendaraan pribadi. (Baca juga: E-Ticket Transjakarta, Penumpang Ogah Bayar 2 Kali)
SYAILENDRA
Berita Lainnya:
Ribka Ingin Jadi Menkes, Beredar Petisi Penolakan
Amerika Diminta Ungkap Suap Senjata ke Indonesia
Peretas Cina Curi Dokumen Persenjataan Israel
Protes Foto di FB, Tiga Umat Ahmadiyah Tewas di Punjab