TEMPO.CO, Jakarta - Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mesti mendampingi warga bongkaran Kali Mampang saat pindah ke rumah susun. Pendampingan, Arie menjelaskan, dalam konteks mengajarkan mereka gaya hidup baru.
"Sebab, selama ini warga bantaran kali cenderung hidup gampang," kata Arie ketika dihubungi pada Senin, 18 Agustus 2014. "Maksudnya, jika biasanya mereka buang sampah asal-asalan ke kali, sekarang dikawal agar hidup tertib." (Baca: Ini Mengapa Bantaran Kali Jadi Favorit Warga)
Arie menuturkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak bisa serta-merta hanya menempatkan. Sebab, Arie melihat program relokasi bisa dikatakan berhasil jika dibarengi perubahan perilaku masyarakat. Awalnya, menurut dia, memang warga relokasi akan kaget. Namun, jika dikawal dengan benar, lambat laun akan terbiasa dengan gaya hidup di rumah susun yang benar. (Baca: Warga Bantaran Kali Mampang Pindah ke Rusun)
Arie mengatakan kegagalan dari sebuah program relokasi bisa dilihat jika tidak ada perubahan gaya hidup. "Masyarakat masih hidup sekenanya atau malah pindah ke kawasan kumuh lagi," ujarnya.
Pemerintah Kota Jakarta Selatan menertibkan sejumlah bangunan di bantaran Kali Mampang, Senin, 18 Agustus 2014. Hunian 372 kepala keluarga di tiga kelurahan, yaitu Pela Mampang, Tegal Parang, dan Mampang Prapatan, terkena penertiban. (Baca: Bantaran Kali Mampang Dibongkar, Warga Pasrah)
Warga yang tinggal di sekitar bantaran kali itu menyaksikan penertiban. "Saya terima saja," kata Sutini, warga setempat, Senin, 18 Agustus 2014. Camat Mampang Prapatan Fidiyah Rokhim mengatakan warga bantaran telah menerima sosialisasi, sehingga tidak melawan petugas.
SYAILENDRA
Berita Lainnya:
Wilayah ISIS Sudah Seluas Inggris
Penertiban Kali Mampang seperti Lomba Lari
Pagi Tadi, Jupiter dan Venus Capai Jarak Terdekat
Dirut Pertamina Karen Agustiawan Mundur
Bantaran Kali Mampang Dibongkar, Warga Pasrah