TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas, menilai rencana Pemerintah Provinsi Jakarta menggunakan parkir meter rawan permainan harga. “Misalnya,saya parkir dan sudah bayar Rp 5.000, ternyata waktu yang ada melebihi. Otomatis saya bayar lagi, dong. Saya bisa saja main-main dan bisa langsung bayar saja ke juru parkir sebesar Rp 2.000,” ujar Darmaningtyas saat dihubungi Tempo, Ahad, 21 September 2014. (Baca: Rugi Rp 200 M per Tahun, DKI Gunakan Parkir Meter)
Menurut dia, jika waktu parkir habis, biasanya pengguna jasa parkir hanya membayar biaya tambahan tanpa ada sanksi atau denda yang lebih berat. Meski begitu, dia mengakui parkir meter bisa mengurangi interaksi antara pengguna kendaraan dan petugas parkir.
Darmaningtyas menyatakan belum tahu persis kelebihan sistem tersebut. Namun, penggunaan sistem itu bisa membuat pemasukan parkir jadi lebih transparan. “Selama ini memang jumlah uang yang masuk dari parkir masih belum transparan,” katanya. (Baca: Ahok Akan Gaji Preman untuk Jaga Parkir Meter)
Sistem ini rencananya akan diberlakukan di Jalan Sabang, Jakarta. Menurut Darmaningtyas, uji coba itu bisa menjadi bahan evaluasi apakah sistem ini layak diterapkan di seluruh wilayah Jakarta atau tidak.
Menurut rencana, Dinas Perhubungan Jakarta akan menerapkan sistem ini pekan depan. Dalam beberapa hari ke depan, pemerintah akan melakukan pembenahan infrastruktur, seperti marka parkir dan signboard (papan peringatan). (Baca juga: Ahok: Mesin Parkir Jakarta Sama seperti Eropa)
Bakal ada sebelas alat parkir meter yang akan diujicobakan di Jalan Sabang, Jakarta. Satu mesin parkir meter dapat mendeteksi 10-15 mobil. Pembayaran tak lagi dilakukan konsumen kepada juru parkir, tapi diatur oleh mesin dengan tarif Rp 4-5 ribu per jam.
Untuk menggunakan parkir meter, pengendara mesti memiliki kartu dengan saldo yang bisa ditambah di bank atau tempat lain yang telah ditentukan. Adapun bank yang berminat menjadi mitra dalam sistem ini yakni Bank DKI, BNI, Mandiri, Danamon, BCA, dan BRI.
AYU WANDARI
TERPOPULER
Ketua Umum PDIP Hanya untuk Trah Sukarno
Sosok Misterius di Balik Make Over Polwan Cantik
Kisah Program Polwan Cantik Jadi Pembawa Acara
Ahok Ingin Asian Games Jakarta Lebih Wah dari Cina