TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Adhi S. Lukman, mencanangkan pertumbuhan penjualan makanan dan minuman tahun ini mencapai 8 persen. Angka ini dianggap Adhi realistis mengingat lesunya kondisi perekonomian dunia dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
"Meski tertatih, kami tetap berkembang," ujar Adhi saat dihubungi, Selasa, 23 Desember 2014.
Tahun ini Adhi optimis penjualan makanan dan minuman menyentuh Rp 1.000 triliun. Angka ini naik 7 persen dari tahun lalu sebesar Rp 930 triliun.
Selanjutnya, Adhi memperkirakan di 2015 investasi di industri makanan dan minuman mencapai Rp 50 triliun atau tumbuh sekitar 10 persen. Untuk tahun ini, hingga September 2014, investasi sudah menyentuh 40 triliun.(Baca : Dolar Naik, Industri Lokal Bisa Untung)
Adhi mengatakan pertumbuhan investasi sektor ini terkait dengan melemahnya rupiah. "Mereka menjadi lebih mudah membawa uang untuk ditanam," ujar Adhi.
Meningkatnya investasi juga dinilai Adhi terkait dengan era pasar bebas ASEAN yang berlaku pada 2015. Adhi beranggapan, investor memilih Indonesia sebagai lokasi strategis lantaran jumlah penduduk yang besar dengan struktur demografi yang didominasi masyarakat usia muda.
Dia mengungkapkan industri makanan dan minum memiliki kontribusi tidak sedikit terhadap GDP nasional, yakni 7,5 persen. Namun untuk GDP Non migas, kontribusi sektor ini hanya 30 persen. Adhi berharap pemerintah dapat memprioritaskan industri pangan sebagai sektor strategis agar dapat bersaing di pasar global.
ROBBY IRFANY
Terpopuler
Lulung Cs Dapat Mobil Mewah
Pagi Ini, Jakarta Terima Banjir Kiriman Lagi
Kampung Pulo Terendam Banjir 2 Meter
Natal dan Tahun Baru, Polisi Gelar Operasi Lilin