TEMPO.CO, Jakarta - Kasus Maulana Abdul Latif, 12 tahun, tewas di kolam renang GOR Grogol karena tersedot filter sirkulasi air jadi urusan panjang. Pengelola Kolam GOR Grogol dituding lalai memasang besi penutup saluran sirkulasi air. Namun ia membantahnya.
"Itu ditutup, tapi memang tidak dibaut karena untuk mengangkat besinya saya saja nggak kuat. Berat sekali," kata Yakub, 28 tahun, penjaga kolam di depan Polsek Tanjung Duren, Senin 27 April 2015.
Menurut Yakob, untuk mengangkat penutup besi tersebut, air kolam harus dikeringkan terlebih dahulu. "Supaya nggak berat," kata dia. Kontras dengan pengakuan Yakub, Nanang Jokowi Ketua RT 13 RW 07 menuturkan besi tak ditutup saat kejadian. Sebab, anak-anak dianggap tidak mungkin berani nekat membuka besi.
Nanang yang mendampingi keluarga korban saat evakuasi mengatakan Latif tersedot karena taruhan dengan teman-temannya. Dari sepuluh orang, ada lima orang yang taruhan siapa berani masuk ke dalam saluran yang terbuka. Latif kemudian masuk lalu tersedot.
Menurut Yakob, kedalaman kolam sekitar 1,20 meter, letak saluran berada di dasar kolam, tepat di dasar angka lima. Ia mengakui saat itu sirkulasi menyala. "Itu selalu dinyalakan saat ada pengunjung," kata dia.
Ia pun mengakui saat itu teman-teman korban mendatangi penjaga kolam. Tetapi laporan itu tak digubris karena dianggap bercanda. Lagipula di dalam Standar Operasional Perusahaan, petugas meminta pelapor untuk mengecek ke rumah.
Kesembilan teman korban menemui petugas jaga dua kali. Pertama saat korban tersedot tapi malah disuruh pulang. Kedua setelah mengontak ibu korban. "Anak-anak diusir lagi," kata Nanang. Bahkan saat ibu korban datang pukul 21.00, si ibu tak ditanggapi baik oleh penjaga kolam.
Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren AKP Maryadi mengatakan kasus tengah dalam proses penyelidikan. Menurut dia, orang tua korban juga lalai karena anak umur 12 tahun dibiarkan berenang tanpa pengawasan. Sementara itu, Kepala UPT GOR Grogol Mujihin enggan berkomentar.
DINI PRAMITA