TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai pelaksanaan Pesta Rakyat Jakarta (PRJ) 2015 di Parkir Timur Senayan berantakan. Menurut dia, banyak pedagang yang rugi karena pihak penyelenggara PRJ tak memenuhi tanggung jawabnya.
"Sekarang pedagang yang dirugikan. Mereka, penyelenggara, memungut biaya Rp 2 juta, tapi kewajibannya, seperti menyediakan listrik, tak dipenuhi," tutur Ahok, panggilan akrab Basuki, di Balai Kota, Senin, 1 Juni 2015.
Menurut Basuki, saat ini pemerintah DKI tak mungkin menghentikan acara PRJ yang berlangsung pada 30 Mei sampai 5 Juni 2015 karena kegiatan tersebut sudah berjalan selama tiga hari.
Basuki menduga pihak penyelenggara PRJ sengaja mencatut nama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menarik pedagang agar mengikuti pameran tersebut. "Penyelenggara pintar. Saat meresmikan mencatut nama pemerintah DKI. Jadi mereka memanfaatkan kami untuk cari uang saja," Ahok mengeluh.
Pesta Rakyat Jakarta diresmikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pada Sabtu, 30 Mei 2015. Pameran yang diselenggarakan di Parkir Timur Senayan itu digelar selama tujuh hari.
Djarot menjelaskan acara itu baik karena menampung usaha rumah tangga dan pengusaha kecil. Pada 2013, Gubernur Joko Widodo menyelenggarakan acara PRJ di Lapangan Monas. Ketika itu Jokowi marah karena Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair yang diselenggarakan PT Jakarta International Expo di Kemayoran lebih memprioritaskan pengusaha menengah dan besar.
Pada Jumat malam, 29 Mei 2015, Ahok membuka Jakarta Fair 2015. Pameran selama 38 hari ini diikuti 2.700 perusahaan dalam dan luar negeri. Direktur Pemasaran PT JIExpo Kemayoran Ralph Scheunemann menjelaskan pihaknya mentargetkan transaksi Rp 5 triliun selama pameran ini.
GANGSAR PARIKESIT