Saat Tempo berkunjung, kamar yang disewa Dedi dan Rani terlihat kosong. Tak ada satu barang pun di sana. Bahkan lampu ruangan tidak ada, sehingga bila jendela dan pintu tidak dibuka, ruangan akan menjadi gelap. Di ruang depan dekat pintu masuk hanya ada tikar. Itulah yang menjadi alas tidur Dedi dan Rani, serta bayinya.
Reni menuturkan Dedi dan Rani hanya membawa satu koper berisi pakaian saat mengontrak. Koper itu diangkut saat polisi datang menangkap mereka. "Mereka datang cuma bawa koper," ucapnya.
Ruangan kedua, yang diapit ruang tidur dan kamar mandi, biasanya digunakan sebagai dapur. Ventilasi udara sangat minim di ruangan itu, sehingga udaranya pengap. Kamar mandinya tanpa pintu. Ruangan dengan luas sekitar 2 meter ini hanya berisi WC jongkok dengan drum besar untuk menampung air.
"Itu di pojok ada sampah bekas popok sama bekas makanan berantakan," kata Reni kepada Tempo sambil menunjuk ke arah kamar mandi. Sampah bekas makanan dan popok bayi itu terlihat masih menumpuk di dalam kamar mandi.
Reni menambahkan, pakaian bayi itu tidak pernah diganti, sampai-sampai ia pernah berkeliling untuk meminta pakaian bayi kepada tetangga lain. "Saya sampai keliling ke rumah warga untuk minta celana bayi. Bayangkan, celana saja dia tidak punya," ujarnya.
Kepada tetangga, pasutri ini kerap mengunci diri di dalam kamar karena mereka tidak memiliki pekerjaan. Komunikasi dengan tetangga pun tidak terbina sama sekali sehingga tak heran bila para tetangga tidak begitu mengenal sosok Dedi dan Rani. (Baca: Kusti Bantah Sindikat Bayi Jakarta Utara, Ini Kronologinya)
BAGUS PRASETIYO
Simak Juga:
Gara-gara Indomie, Kakak Sepupu Tusuk Adiknya hingga Tewas
Raja Arab Undang Keluarga Korban Crane Naik Haji Gratis