TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran yang terjadi di permukiman Simprug, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, pada Sabtu malam, diduga disebabkan korsleting listrik. Bahan bangunan rumah-rumah di sebelahnya juga terbuat dari bahan yang mudah terbakar, sehingga api bisa melalap ratusan rumah di sana.
Api bermula dari kontrakan di RT 10 RW 8 depan pos RT 10 milik Sutarman. "Rumah itu ditempati Wawan. Penyebab kebakaran diduga arus pendek listrik," ujar Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan Irwan saat dihubungi, Senin, 4 Juli 2016.
Awalnya, warga sempat berusaha memadamkan api dengan alat pemadam api ringan (APAR) atau fire extinguisher yang tersedia. Namun faktor besarnya angin dan api yang bermula dari lantai 2 membuat mereka kesulitan memadamkannya. Alhasil, api merembet ke RT 10 di sebelahnya dan menghanguskan sekitar 200 rumah di sana.
Pemadam kebakaran harus menurunkan hingga 33 unit mobil pemadam. Api yang menyala mulai sekitar pukul 11.45 itu baru bisa dipadamkan sekitar pukul 01.30. Akibat kebakaran ini, sekitar 615 jiwa dari RT 10 harus mengungsi. Sedangkan di RT 9, 250 jiwa yang harus mengungsi. Kebakaran ini menghanguskan perumahan warga di tanah sekitar 3.000 meter persegi tersebut.
Mereka sekarang diungsikan ke beberapa lokasi. Kebanyakan ibu dan anak tidur di Masjid Assadah, dekat lokasi. Warga lainnya mendapat tumpangan dari warga yang rumahnya selamat. Hingga hari kedua setelah kebakaran, bantuan dari berbagai elemen sudah mulai berdatangan. Dari pantauan Tempo, sumbangan sembako, makanan berat dan ringan, baju, air bersih, serta logistik umum sudah tersedia.
Yesi, 38 tahun, seorang korban kebakaran dari RT 9, mengatakan minimnya alat-alat pencegahan menjadi salah satu faktor api sulit dipadamkan. APAR hanya tersedia delapan buah di RT 9. Di RT 10 bahkan tak ada APAR sama sekali. "Akhirnya kami (saat kejadian) meminjam water hydrant milik apartemen sebelah. Namun api sudah terlampau besar," katanya.
Rumah Yesi ludes terbakar beserta isinya. Yesi mengatakan, selama 38 tahun tinggal di sana, ini merupakan kedua kalinya kebakaran terjadi. Pada 1993, peristiwa serupa pernah terjadi. Kata dia, kronologinya pun mirip dengan kejadian sekarang. "Hampir 95 persen sama. Bedanya dulu itu H+3 Lebaran, sekarang H-3 Lebaran," tuturnya.
EGI ADYATAMA