TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatat jumlah kendaraan pribadi di wilayahnya lebih dari dua juta unit. Kendaraan itu dituding menjadi biang kemacetan. "Perbandingannya 40 persen roda empat dan 60 persen roda dua," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Yayan Yuliana, Senin, 10 April 2017.
Sedangkan angkutan perkotaan dianggap menjadi biang kemacetan di lokasi-lokasi tertentu. "Ada 13 titik kemacetan yang mesti diselesaikan." Karena itu, ujar Yayan, Pemerintah Kota membentuk Dewan Transportasi untuk menyelesaikan masalah kemacetan. Dewan akan merumuskan strategi menghilangkan kemacetan dan mengatasi masalah transportasi lainnya.
Baca:
Perbaiki Masalah Trasnportasi, Bekasi Bentuk Dewan Transportasi
Polisi: Bebas Ganjil-Genap di Semanggi Hanya Pagi Har
Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi, Harun Alrasyid mengatakan, kemacetan di Kota Bekasi dipicu pertumbuhan kendaraan yang cukup pesat dibanding pertumbuhan jalan. "Pertumbuhan kendaraan dampak dari positifnya pertumbuhan ekonomi," ujar Harun.
Harun mengatakan jumlah kendaraan di Kota Bekasi sangat jauh dibanding 10 tahun lalu. Namun, seiring pertumbuhan ekonomi, masyarakat kelas menengah saat ini sudah mampu membeli kendaraan pribadi. "Sedangkan, kondisi angkutan perkotaan lama-lama dianggap tidak nyaman."
Baca juga:
Lurah Pegadungan Tertangkap Tangan, Ahok: Harus Dipecat!
Tertangkap Tangan Pungli, Lurah Pegadungan Sudah Aktif Lagi
Walhasil, kata Harun, masyarakat merasa lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi untuk setiap keperluan. Dampaknya, jalanan di Kota Bekasi penuh, sejumlah ruas jalan utama padat dengan kecepatan kendaraan di bawah 30 kilometer per jam.
Menurut Harun, sebetulnya masyarakat sadar kalau penggunaan kendaraan itu menimbulkan kemacetan. Namun, mereka tetap menggunakannya lantaran tak ada alternatif lain. "Mereka akan pindah ketika angkutan sudah nyaman."
Karena itu, Dewan Transportasi akan mengkaji langkah untuk memindahkan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan perkotaan. Misalnya, ada halte-halte kecil yang representatif di depan kawasan perumahan. "Angkutannya harus lebih nyaman dari sekarang," ujar Harun.
ADI WARSONO