TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Kesyahbandaran Kelas Utama Tanjung Priok memastikan karamnya KM Sahabat terjadi 2,5 jam setelah kapal bertolak dari pelabuhan pada Selasa, 21 Januari 2014. Adapun kapal karam karena cuaca buruk.
Kronologi karamnya kapal yang mengangkut 141 orang itu bermula dari berangkatnya kapal dari Pelabuhan Tanjung Priok sekitar pukul 10.00. Kapal tujuan Pangkal Balam, Bangka Belitung, itu berlayar setelah diperiksa dan mendapat izin melaut.
Saat berangkat, kondisi cuaca masih tergolong aman untuk melaut. Ketinggian ombak saat itu tercatat hanya 1 meter. Artinya, kapal masih bisa melaju dengan mudah. Sekitar pukul 11.00, kapal memasuki ambang luar laut utara Jakarta. Cuaca yang sebelumnya kondusif perlahan berubah buruk. Ombak bertambah tinggi, namun masih bisa dilewati. Pukul 12.10, kapal memasuki titik 22 mil dari ambang luar laut utara Jakarta. Di titik tersebut, cuaca berubah ekstrem. Ketinggian ombak mencapai 5 meter, melebihi perkiraan nakhoda.
Ombak yang tinggi membuat kapal terombang-ambing. Entakan keras ombak dari sisi kiri kemudian membuat kapal terbalik ke kanan 90 derajat. Nakhoda Joseph Bukit langsung memerintahkan awak dan penumpang kapal untuk memakai jaket pelampung dan bersiap naik ke kapal karet yang mampu menampung total 200 orang.
Pada pukul 12.30, perintah untuk meninggalkan kapal keluar. Penumpang dan awak berebut naik ke kapal. Hal ini membuat siapa saja yang naik ke kapal tidak terpantau. Namun, saat ditemui Tempo, nakhoda memastikan bahwa ia meloncat paling akhir setelah memastikan tak ada orang di kapal.
Baca Juga:
Setelah semua orang meninggalkan kapal, salah satu awak menyalakan sinyal SOS. Sinyal berhasil dilihat lima tugboat yang tiba di lokasi kejadian 3-4 jam setelah kapal terbalik.
ISTMAN MP