TEMPO.CO, Jakarta - Banjir yang melanda Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis, 21 April 2016, akibat luapan Kali Bekasi, merupakan banjir terbesar sepanjang sejarah.
Sebab, debit limpasan di bendungan kali itu mencapai 780 meter kubik per detik. "Lebih besar dibanding banjir 2007," kata operator bendungan Kali Bekasi, Wildan.
Wildan mengatakan puncak kiriman air datang sekitar pukul 10.00 WIB, saat sejumlah wilayah di bagian selatan bendungan sudah terendam banjir. Banjir paling parah terjadi di Perumahan Pondok Gede Permai dengan ketinggian muka air mencapai 4 meter. Sedangkan di pemukiman lain rata-rata mencapai 1,5 meter.
Sejumlah warga mengakui banjir yang terjadi kali ini terbesar sepanjang sejarah. Misalnya, di Perumahan Pondok Gede Permai. Sebelumnya, air hanya mencapai pintu masuk perumahan. Namun kali, air lebih tinggi.
"Biasanya jembatan perbatasan Vila Nusa Indah tidak terendam, kali ini terendam 1 meter," kata warga Perumahan Pondok Gede Permai, Kelik Widyanto.
Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan kiriman air dari Bogor cukup banyak. Bahkan, dalam waktu sehari, air tak kunjung surut, meski bendungan Kali Bekasi dibuka dengan debit limpasan mencapai 780 meter kubik per detik. "Kami merekomendasikan kejadian luar biasa," kata Tri.
Dengan begitu, kata dia, penanganan banjir segera dilakukan. Misalnya memperbaiki tanggul sepanjang 20 meter di RW 10, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan jatiasih. Soalnya, apabila menggunakan dana anggaran pendapatan belanja daerah, “Repot, kelamaan," kata Tri.
Menurut dia, jika status bencana naik menjadi kejadian luar biasa, otomatis dana tak terduga Rp 30 miliar dapat digunakan. Paling lambat, sepekan lagi, setelah ada status ditetapkan, anggaran bisa dicairkan. Karenanya, perbaikan tanggul bisa dilaksanakan. "Tanggul harus diganti dengan set pile, kalau beton biasa atau bronjong tidak tahan lama," ujarnya.
ADI WARSONO