TEMPO.CO, Tangerang - Kampung Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, masih mencekam sepanjang Selasa, 10 Mei 2016. Warga yang menolak penggusuran masih berkerumun menenteng senjata tajam seperti bambu runcing dan parang.
Mereka membuat barikade di atas Jembatan Kali Perancis. Warga, baik yang tua, muda, dan anak-anak, menantang aparat yang jumlahnya tidak kalah banyak, yakni 1.000 petugas gabungan Polres Metropolitan Tangerang, TNI, dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Perlawanan dilakukan dengan cara melempar batu, membakar ban, melempar bom molotov hingga menghancurkan kaca kendaraan yang terparkir di pinggir jalan. Polisi pun kemudian merangsek maju dan menembakkan gas air mata.
Kepala Polsek Teluknaga Ajun Komisaris Supriyanto, kepada Tempo, di lokasi, menyatakan aparat tetap akan memberikan surat peringatan kedua meskipun situasi tidak kondusif. “Kami menunggu water canon dari Polda Metro Jaya,” kata Supriyanto.
Dari hasil pantauan Tempo, situasi semakin siang semakin tak terkendali. Polisi mencoba merangsek ke arah blokade, mendekati permukiman. Terdengar berkali-kali suara tembakan ke udara dan semburan gas air mata.
Tapi sejauh ini percuma. Warga semakin beringas dengan mengibaskan senjata tajam berupa golok, parang, dan bambu runcing. Beberapa orang juga bersenjatakan bom molotov. Mereka juga melarang wartawan mendekat dan masuk ke wilayah Dadap. Deretan toko dan pabrik di sekitar Jalan Dadap langsung menutup tempat usahanya.
Penetapan surat peringatan kedua hari ini berbeda dengan SP-1 pada 29 April 2016. Saat itu surat hanya diberikan secara simbolis kepada perwakilan warga Dadap. "Hari ini kami akan langsung masuk perkampungan untuk mengawal petugas menempel SP-2 di rumah penduduk," kata Supriyanto.
AYU CIPTA