TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok belum bisa memastikan efektivitas pembangunan light rail transit (LRT) Jakarta dalam mengatasi kemacetan. Meski begitu, Ahok memprediksi pembangunan LRT bisa mengurangi kemacetan Jakarta sebesar 50-60 persen.
"Ya, saya belum tahu lah, kan baru sepotong, jadi belum (bisa pastikan) lah. Kalau semua ya bisa mengurangi di atas 50-60 persen pastinya. Orang kan pindah semua (ke angkutan publik)," ujar Ahok saat meninjau kawasan pacuan kuda atau equistrian di Pulomas, Jakarta Timur, Jumat, 24 Februari 2017.
Baca: Adhi Karya Teken Kontrak LRT Jabodebek Rp 23,3 Triliun
Pengurangan tingkat kemacetan tersebut, kata Ahok, merupakan kombinasi moda transportasi massal yang akan tersedia di Jakarta, seperti mass rapid transit (MRT) Jakarta, LRT, dan bus rapid transit (BRT) atau Transjakarta.
"Kalau Transjakarta itu targetnya kalau semua terpasang bisa angkut satu juta penumpang lebih. Karena sudah ada feeder dari rumah ke rumah," ujar Ahok.
Baca: Kepentok Biaya, Ini Kondisi Terakhir Proyek LRT
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi mengatakan perkembangan LRT sampai saat ini sudah mencapai empat persen. Progres tersebut diakui Satya lebih cepat 4,65 persen dari target yang diprediksi. "Jadi, (target) bisa lebih cepat dari apa yang kami prediksikan," ucap Satya.
Adapun rolling stock atau gerbong sudah dipesan PT Jakpro lewat lelang P103 (pengadaan rolling stock), yaitu Hyundai Rotem. Hyundai Rotem terpilih sebagai pemenang tender P103 dari sekitar lima vendor yang mengikuti lelang, sedangkan untuk sistem persinyalan akan dikerjakan satu proyek dengan lelang konstruksi.
LARISSA HUDA