TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya mengungkapkan motif dibalik tawuran antara warga Manggarai, Jakarta Selatan, dan warga Jalan Tambak, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Motif diungkap setelah Polda menetapkan empat tersangka dalam tawuran yang menewaskan dua remaja itu.
"Saat dilakukan pemeriksaan, motifnya sepele, ada yang melempar petasan dan tidak terima lalu dibalas. Dari umur remaja sampai umur di atasnya ikutan juga (tawuran)," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono saat ditemui di Polda Metro Jaya, Senin, 13 Maret 2017.
Baca juga: Tawuran Manggarai, Imam B Prasodjo: Perlu Ruang dan Pembinaan
Argo berujar, Polda Metro Jaya bersama Kepolisian Resor Jakarta Selatan dan Kepolisian Sektor Tebet hingga saat ini masih menurunkan pasukan di dua wilayah itu. Satu kompi Brimob dan Sabhara yang dibantu beberapa polisi lalu lintas berjaga di perbatasan dua wilayah itu.
Selain penjagaan, tutur Argo, tindakan preemptive dilakukan dengan mengadakan musyawarah di antara kedua kelompok.
"Sudah beberapa kali memediasi warga yang dipromotori camat dari Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat dengan harapan jangan lagi terjadi tawuran di sana," tuturnya.
Sejak Sabtu lalu, kepolisian telah menetapkan empat tersangka dalam tawuran itu. Argo juga mengatakan enam saksi telah dimintai keterangan untuk memastikan keterlibatan para tersangka. Beberapa saksi saat ini menjalani pemeriksaan.
Sejumlah barang bukti pun disita kepolisian, mulai senapan angin, samurai, hingga balok kayu.
Simak juga: Tawuran Manggarai, Polisi: Dipicu Dendam Lama
Tawuran antarwarga itu terjadi pada Minggu, 5 Maret 2017. Dua orang tewas akibat kejadian ini. Keduanya adalah Sutan Rafi Hakim, 16 tahun, dan Fikri Fadhlur, 21 tahun. Diduga, keduanya tewas akibat luka tembak senapan angin pada dada.
Tawuran kembali pecah sehari setelahnya. Diduga, tawuran kali ini sebagai aksi balas dendam atas meninggalnya Fikri dan Rafi. Hingga saat ini, ratusan personel kepolisian masih bersiaga di dua wilayah tersebut guna mengantisipasi terulangnya kejadian serupa.
EGI ADYATAMA