TEMPO Interaktif, Jakarta - Selama masa orientasi, siswa kelas X internasional dengan siswa reguler di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 13 Jakarta Utara disatukan. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA 13 Nanang Kosasih, disatukannya antara siswa internasional dan reguler selama masa orientasi dimaksudkan supaya siswa kelas internasional tidak merasa eksklusif.
"Kami sengaja membaur mereka supaya kenal dengan teman-temannya," kata Nanang saat ditemui di kantornya hari ini.
SMA 13 hanya membuka satu kelas internasional. Satu kelas itu baru terisi 20 dari 26 kursi yang ditawarkan. Selama masa oreintasi ke-20 siswa itu dicampur ke dalam kelas-kelas reguler, berpenampilan sama, dan mendapat materi seperti siswa reguler. "Walau pun membayar lebih tapi selama masa orientasi, mereka kita samakan statusnya," kata Nanang.
Nanang menambahkan untuk kelas internasional di SMA 13, biayanya paling murah jika dibandingkan kelas internasional di SMA lain di Jakarta. Jika SMA 68 misalnya, mereka mematok harga 35 juta per siswa untuk duduk di kelas internasional. Sedangkan SMA 13 hanya memasang bandrol 31,5 juta per siswa. "Kelas internasional di sini paling murah se-Jakarta, silakan di survey," katanya.
Untuk materi pelajaran dan fasilitas kelas internasional di SMA 13, kata Nanang sama dengan materi kelas internasional di SMA lain di Jakarta. Yang membuat beda biaya kelas internasional di SMA 13 adalah kondisi ekonomi.
"Kondisi ekonomi di Jakarta Utara ini relatif rendah dibandingkan wilayah Jakarta yang lain. Itulah yang membuat kelas internasional kami lebih murah," ujarnya.
DANANG WIBOWO