TEMPO.CO, Depok - Barikade puluhan Polisi Wanita Kepolisian Resor Kota (Polresta) Depok mencoba menghadang ratusan pengunjuk rasa yang tidak terima hasil penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Depok, di Balai Kota Depok, Kamis, 27 Agustus 2015. Para pengunjuk rasa mencoba merangsek masuk ke dalam kantor KPU Depok.
Aksi saling dorong tak bisa dihindari. Tim negosiator polisi yang terdiri dari polisi wanita itu mencoba mengajak para pengunjuk rasa berdialog menyelesaikan masalah. Namun, jumlah massa yang terus bertambah semakin tidak terkendali. Negosiasi tidak berhasil.
Masa yang semakin anarkis, membuat polisi mengeluarkan tim pengaman pemilihan kepala daerah (pilkada). Ratusan polisi mencoba menghadang pengunjuk rasa yang mulai melawan menggunakan balok kayu dan lemparan benda apa pun yang ada di hadapannya.
Bahkan, aksi massa semakin beringas. Ratusan polisi belum bisa membuat mereka mundur. Massa terus mencoba masuk ke dalam kantor KPU Depok. Melihat massa yang sudah gelap mata dan terus melawan, polisi kembali mengeluarkan lapisan kedua keamanan yang dipersenjatai dengan tameng dan pentungan.
Massa terus melawan polisi. Aksi mereka semakin tidak bisa diredam. Bahkan, mereka membakar ban dan benda yang ada di sekitarnya. Polisi mencoba memadamkan api yang sudah berkobar.
Dari bentrokan tersebut satu massa tumbang, dan langsung dibawa ambulans ke rumah sakit. Bukannya mundur, mereka justru tambah marah melihat temannya terluka. Aksi semakin tidak terkendali, massa terus menyerang polisi yang mencoba membubarkan mereka.
Akhirnya, satu water cannon di keluarkan oleh polisi untuk membubarkan mereka. Dua orang terluka terkena tembakan air yang disemprotkan polisi ke arah mereka. Amukan massa semakin menjadi-jadi. Mereka justru tambah melawan polisi.
Lihat Video: Belum Pilkada Sudah "Ricuh", Polisi Kerahkan Ratusan Personel
Satu water cannon belum bisa memukul mundur ratusan massa. Polisi mengeluarkan jurus terakhir. Sepuluh polisi antihuru-hara yang menggunakan sepeda motor lengkap dengan senjata laras panjang diturunkan.
Dua kali tembakan ke udara belum bisa menghentikan massa. Bahkan, mereka terus melawan. Polisi mengingatkan mereka agar tidak melawan. Massa terus melempari polisi dengan kantong air dan tomat.
Akhirnya polisi melepaskan tembakan ke arah massa. Dua orang terkapar terkena tembakan polisi. Massa lari kocar-kacir setelah polisi meletuskan tembakan ke arah mereka.
Tapi, aksi mereka berlanjut dengan aksi penjarahan toko yang ada di sekitar Jalan Raya Kartini. Tim Jaguar Polresta Kota Depok diturunkan untuk mencegah mereka. Demikian simulasi pengamanan pilkada yang dilakukan Polresta Depok.
Kepala Polresta Depok Komisaris Besar Dwiyono mengatakan telah mempersiapkan kekuatan pengamanan pilkada Depok. Jumlah personel gabungan sebanyak 1.850 personel, yang terdiri dari 950 personel Polres Depok, 600 personel Polda Metro, dan 300 TNI, yang bakal bersiaga mengamankan pilkada.
"Kami sudah mengecek kesiapan dan melakukan simulasi pengamanan," ujarnya.
Ia berharap masyarakat Depok bisa berpartisipasi, dalam menjaga keamanan. Soalnya, pilkada merupakan proses memilih pemimpin Depok. "Polisi sudah menyiapkan pengamanan seluruh tahapan pilkada dari pelaksanaan kampanye, distribusi logistik, sampai penghitungan dan penetapan calon terpilih," ucapnya.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan pemerintah sudah mengalokasikan dana yang diminta KPU sebanyak Rp 49 miliar. "Kami berharap pilkada bisa berjalan lancar dengan pengamanan yang maksimal," ujarnya.
IMAMHAMDI