TEMPO.CO, Jakarta - Wadirso, warga RT 001 RW 009, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, mengatakan Sumirta, pelaku pembunuhan terhadap ayahnya, Hasanudin, diduga mengalami gangguan jiwa. Hasanudin ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya kemarin sekitar pukul 14.30.
Menurut Wadirso, 45 tahun, Sumirta kerap terlibat keributan dengan anggota keluarganya. "Pemicu keributan biasanya saat dia meminta uang untuk membeli kopi atau rokok," ucap tetangga yang dekat dengan keluarga korban tersebut kepada Tempo, Ahad, 11 Oktober 2015, di Koja.
Sumirta, ujar Wadirso, kerap berbuat kasar kepada ibunya. Bahkan kepala ibunya pernah dihantam dengan balok oleh pria berusia 35 tahun itu. "Walaupun sering dianiaya, ibunya tak pernah melaporkan Sumirta kepada polisi," ujarnya.
Sedangkan saat berinteraksi dengan tetangga, Sumirta, tutur Wadirso, tak menunjukkan gelagat seperti orang yang sedang depresi. Sumirta bahkan kerap bermain catur bersama tetangganya di pos ronda dekat rumahnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Umum Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara belum bisa menyimpulkan Sumirta benar mengalami gangguan kejiwaan. "Akan kami sampaikan hasil penyidikannya besok, Senin, 12 Oktober 2015," katanya saat dihubungi Tempo.
Namun, jika berdasarkan hasil tes kejiwaan dinyatakan sehat, pria lulusan sekolah menengah kejuruan itu bisa dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.
Adapun Hasanudin ditemukan tewas dengan luka seperti bekas gorokan di leher. Jasad Hasanudin pertama kali ditemukan anak kedelapannya, Nining, 22 tahun.
Saat ini rumah Hasanudin dipasangi garis polisi. Warga sekitar masih memadati rumah yang dihuni Hasanudin dan tiga anaknya itu.
Sementara itu, keluarga korban tengah berada di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, untuk memakamkan Hasanudin. "Hasanudin memang berasal dari Cilamaya," tutur Wadirso.
GANGSAR PARIKESIT