TEMPO.CO, Bogor - Kepala Sekolah Menengah Atas Budi Mulia, Kota Bogor, Heni Hendrika, mengatakan sekolah dan guru tidak mengetahui adanya tradisi tahunan "bom-boman" yang merupakan aksi pertarungan (duel) satu lawan satu ala gladiator dengan pihak SMA Mardi Yuana.
"Tidak ada istilah itu di pihak sekolah maupun guru. Istilah itu hanya ada di anak-anak, karena anak-anak pinter menyembunyikan itu," kata Heni saat memberi keterangan di hadapan jajaran Pemerintah Kota Bogor, Senin, 25 September 2017.
Pihak sekolah dan guru, ujar Hani, justru sangat kaget setelah mendapatkan informasi bahwa ada siswanya yang meninggal setelah duel ala gladiator dengan siswa SMA Mardi Yuana. "Saya tercengang dan kaget. Kalo memang kami tahu dari awal, tidak akan kami biarkan," ujar Hani.
Hani mengatakan, setelah mendapat informasi adanya duel ala gladiator yang menewaskan siswa SMA Budi Mulia, Hilarius Chriatian Event Raharjo, pihak SMA Budi Mulia bersama SMA Mardi Yuana dan keluarga korban mencari jalan terbaik untuk masa depan seluruh siswa pada 2015.
"Saat pertemuan yang kita lakukan, orang tua korban mengatakan kejadian ini agar tidak terulang lagi. Makanya saat itu dilakukan secara kekeluargaan," ucap Heni. Setelah kematian Hilarius, pihak yayasan sempat menyatakan kesiapannya diproses jalur hukum.
Namun, pihak keluarga tidak mengambil langkah itu. Alasannya, mereka tidak mau ada proses autopsi jenazah korban. "Mereka saat itu menolak ada autopsi sehingga kasusnya terhenti. Namun, jika saat ini ada proses hukum, pihak yayasan siap, karena kami tidak salah," ucap Heni.
Dalam pertemuan antara sejumlah perwakilan guru dan Pemkot Bogor yang terdiri atas Dinas Pendidikan Kota Bogor, Komnas Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bogor, dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bogor, pihak sekolah menyayangkan adanya istilah gladiator dalam kasus tersebut.
"Kami menyayangkan adanya kata duel ala gladiator yang muncul dan diviralkan, padahal kami sendiri tidak tahu, karena selama ini kami belum mendapat keluhan baik dari orang tua maupun siswa yang mengarah ke sana," kata Heni.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin juga mengatakan tidak pernah mengetahui istilah “bom-boman” yang disebut-sebut menjadi ajang duel ala gladiator yang menjadi tradisi di antara kedua sekolah ini, "Kami pun tahu adanya tradisi ini setelah kasus kematian korban mencuat, sedangkan sebelum-sebelumnya tidak pernah ada," kata Heni.
M. SIDIK PERMANA