TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengungkapkan sejumlah pencapaian dan permasalahan dalam mengelola kereta rel listrik (KRL) Jabodetebek yang terjadi selama 2017.
"Upaya PT KCI penurunkan gangguan dari sisi sarana cukup berhasil. Hanya dari sisi sarananya," kata Muhammad Nurul Fadhila, Direktur Utama PT KCI dalam konferensi pers pada Kamis, 4 Januari 2018, di Hotel Borobudur, Jakarta.
Dari sisi nonsarana, menurut dia, ganguan yang terjadi sulit diprediksi, seperti pohon tumbang dan gangguan listrik 14 gardu padam. Permasalahan lain pada 2017 juga KRL anjlok sehingga membuat penumpukan penumpang di sejulah stasiun yang berhubungan.
Simak: Kereta Bandara Beroperasi, Jalur KRL Duri-Tangerang Dikorbankan
Adapun pencapaian PT KCI, Nurul Fadhila menjelaskan, seperti membuat sistem top up di luar stasiun semisal minimarket dan penambahan hall. Bahkan, PT KCI melampaui target jumlah pengguna KRL hingga 108 persen: dari standar capaian 292.340.798 orang realisasinya 315.811.848 penumpang.
Mulai beroperasinya Kereta Bandara Soekarno-Hatta pada awal tahun ini juga berdampak pengurangan jadwal KRL Jakarta-Tangerang dan sebaliknya. Sebelumnya, KRL hadir setiap 15 menit tapi kini setiap 30 menit. Pengurangan jumlah KRL juga terjadi karena jalur kereta digunakan oleh Kereta Bandara Soekarno-Hatta.
Tarif Kereta Bandara Rp 70 ribu dan dilayani 42 perjalanan pada pukul 03.51-21.51 WIB dengan rute Sudirman Baru (BNI City)-Bandara Soekarno-Hatta, dan pukul 06.10-23.10 untuk rute sebaliknya.
Nurul Fadhila menuturkan, selama 2017 perusahaan yang dipimpinnya berhasil melakukan perpanjangan peron KRL yang akan terus digarap hingga 2018. Salah satu proyek perpanjangan peron yang dilakukan di Tanah Abang sampai Rangkas Bitung.
FADIYAH | JOBPIE