TEMPO.CO, Jakarta - Dewi Lukmiyati, saudari kembar salah satu anggota Densus 88 Polri yang tewas dibunuh teroris dalam kerusuhan di Mako Brimob, Aipda Anumerta Denny Setiadi, mengaku sudah mendapat firasat buruk sebelum insiden kematian saudaranya.
"Saya sempat berpikir, mungkin saya yang akan nggak ada (meninggal)," kata Dewi di depan rumah duka di Cipayung, Jakarta Timur, hari ini, Kamis, 10 Mei 2018.
Firasat buruk itu mulai dia rasakan dua pekan lalu, ketika Dewi terus menerus mendengar suara burung kecil dekat rumahnya. Perasaan tak enaknya terbukti ketika dia mendengar kabar kalau anak tetangga sebelah rumahnya meninggal. Namun, sehari setelah kematian tetangganya, suara burung itu tetap terdengar. "Kok kedengaran terus, citcitcit...begitu," kata Dewi pelan.
Baca: Tragedi Mako Brimob: Teroris Rebut Senjata Lalu Ditembak Mati
Firasat buruk itu terus membayangi perasaannya, sampai kemarin, Rabu, 9 Mei 2018, sekitar pukul 11.00 WIB, ketika seorang saudaranya menelepon dan memberitahu soal kerusuhan di Mako Brimob. "Mohon doanya saja, Neng. Semoga selamat," kata Dewi, menirukan ucapan kerabatnya itu.
Sejak itu, jantungnya terus berdebar-debar. "Saya sengaja tidak menonton televisi, karena deg-degan," katanya. Beberapa saat kemudian, kerabat yang sama menghubungi kembali dan menyampaikan kabar duka. "Katanya Mas Denny sudah nggak ada," kata Dewi.
Rumah duka korban tewas serangan teroris di Mako Brimob Kelapa Dua Aipda Anumerta Denny Setiadi, SH, di Cipayung, Jakarta Timur, pada Kamis, 10 Mei 2018. FOTO: TEMPO/Maria Fransisca Lahur.
Dewi dan Denny adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayah mereka juga polisi. Denny lahir hanya berselang lima menit dari Dewi pada 15 Mei 1985. Denny wafat delapan hari menjelang ulang tahun mereka ke-33.
Sebagai saudara kembar, Dewi dan Denny kerap merasakan hal yang sama kalau ada musibah yang menimpa salah satu dari mereka. "Waktu dia pendidikan polisi, saya seperti mendengar suara dia, 'Dewi ambilin handuk' padahal dia gak ada di rumah," kata Dewi. Belakangan dia tahu, pada saat yang sama saudaranya terkapar akibat sakit cacar.
Menurut Dewi, saudaranya orang yang selalu mengutamakan keluarga, sesibuk apapun jadwalnya. "Orangnya nggak ada capeknya. Besok di Yogya terus besok lagi di Medan," katanya. "Dia memaksakan diri bermain dengan keponakan walau lelah," ujar Dewi lagi.