TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyayangkan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD DKI 2018 yang masih 24 persen.
Menurut Sandiaga Uno, penyerapan APBD di awal tahun terbilang sangat lambat.
"Ini yang selalu disebut sebagai efek 'stik hoki', yakni di mana penyerapan di awal itu sangat lambat dan meningkat saat akhir," kata Sandiaga di Balai Kota, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Juni 2018.
Baca: APBD DKI Anies-Sandi Rp 77,1 Triliun Dibanjiri Interupsi
Sandiaga memastikan pihaknya akan mendorong para Satuan Kepala Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendata program-program yang dapat meningkatkan penyerapan, khususnya di awal triwulan I dan II.
"Kami menginginkan perubahan dari pola penyerapan seperti ini karena ini tidak sehat," kata Sandiaga.
Baca: APBD Tekor Rp 2,5 Triliun: Anies-Sandi Batal Beri Modal 5 BUMD
Sandiaga Uno berharap penyerapan di setengah tahun kedua 2018 akan lebih baik. Sehingga, tidak terjadi penumpukan penyerapan di akhir triwulan IV, terutama di bulan November dan Desember.
Berdasarkan situs publik.bapedadki.net, saat ini total penyerapan Belanja Langsung (BL) dan Belanja Tidak Langsung (BTL) baru sebesar 24,4471 persen. Padahal, pemerintah menganggarkan alokasi belanja dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) sebesar Rp 71,16 triliun. Sementara, penyerapan APBD DKI Jakarta baru mencapai Rp 17,39 triliun.
Baca: Kenapa Penyerapan Anggaran Anies-Sandi Buruk? Ini Kata Pengamat
Sandiaga menjelaskan, penyerapan ABPD DKI tersebut seringkali terkendala oleh perencanaan yang kurang matang. Terutama, masalah tanah yang belum tersedia, sehingga menyebabkan perencanaan tidak dapat tereksekusi. "Misalnya kalau mau membangun gedung tapi tanahnya belum diselesaikan dari segi legalitasnya," ucap Sandiaga Uno.