TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus 2018.
Menjadi indikator aktifnya monsun Australia, Indonesia mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia yang menuju ke Asia.
Baca juga: Bun Upas, Fenomena Embun Jadi Es di Dieng, Akan Sampai Oktober
“Aliran massa dingin itu menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin di sejumlah wilayah Indonesia yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa,” ujar Hary Tirto kepada Tempo Jumat 6 Juli 2018.
Wilayah yang terkena dampak, kata Hary, mulai dari Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, dan Bali.
Di media sosial beredar informasi mengenai suhu di Bandung yang mencapai 15°C. Menurut Hary, itu bukanlah yang terdingin.
“Suhu minimum yang terjadi di Bandung pernah 12,4°C pada Juli 1986 dan di Lembang pernah 9,8°C pada Juli 1991. ”
Simak juga: Viral Suhu Dingin karena Aphelion, Ini Penjelasan Lapan
Ia menjelaskan bahwa suhu di Bandung yang sekarang masih berada di tatanan normal. Saat ini memang berada di puncak musim kemarau (Juli-Agustus), yang ditandai dengan suhunya lebih dingin, siang lebih panas, anginnya lebih kencang.
“Masyarakat diingatkan tak perlu khawatir dan resah. Yang penting mempersiapkan diri menghadapi udara dingin ini,” ucap humas BMKG.