TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengaku terinspirasi untuk menata Sungai Ciliwung lebih baik. Jokowi terpikat dengan yang didapatinya di Seoul, Korea Selatan, tepatnya di tepian Sungai Cheonggyecheon.
Baca berita sebelumnya:
Jokowi Ingin Sungai Korea Pada Ciliwung, Mungkinkah?
Sungai hasil restorasi dua tahun itu kini mengalirkan air jernih yang mempertontonkan bebatuan di dasarnya. Belum lagi jalur pejalan kaki di tepiannya yang bersih dan dimanjakan dengan vegetasi bibir sungai yang tumbuh terkendali.
Meski demikian, karakteristik Ciliwung dan Cheonggyecheon berbeda. Ciliwung mengalir dari Kabupaten Bogor hingga utara Jakarta sepanjang 120 kilometer. Panjang itu sekitar 15 kali lipat sungai Cheonggyecheon yang memiliki panjang hanya 8,4 kilometer.
Selain itu, Sungai Cheonggyecheon merupakan sungai buatan yang tidak memiliki kedalaman air tinggi. Sedangkan Ciliwung merupakan sungai alami yang berhulu di Bogor. Butuh koordinasi antar pemerintah daerah dan juga pusat di Ciliwung.
Walau begitu, Korea Selatan sebenarnya telah membantu pengelolaan Ciliwung sejak 3 Desember 2012. Dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Korea Selatan membantu restorasi Ciliwung di samping Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat dari 2012 hingga 2014.
Baca juga:
Anies Baswedan Sebut Naturalisasi, Ini Beda Normalisasi Era Ahok
Warga Bukit Duri Berharap Anies Baswedan Segera Lunasi Janji
Saat ini Sungai Ciliwung dalam proses normalisasi sungai sepanjang 33,6 kilometer dari jembatan tol T.B. Simatupang, Jakarta Timur, hingga Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Pengerjaan dalam kontrak tahun jamak 2014-2016, namun baru 16 kilometer saja yang rampung karena kendala pembebasan lahan atau tanah.
Di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, konsep normalisasi sungai diubah menjadi naturalisasi. Pembangunan turan diinginkan diganti dengan penataan secara alamiah. Tapi sampai ini, belum ada konsep dan kriteria yang lebih lengkap soal rencana ini.