TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik menanggapi munculnya nama Rahayu Saraswati atau Sara Djojohadikusumo dalam bursa calon Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dia menyatakan tidak khawatir akan tersaingi.
Baca:
Jadi Cawagub DKI Jakarta? Sara Djojohadikusumo: Biar Ada Emak-emak
Seperti diketahui MuhammadTaufik juga membidik kursi peninggalan Sandiaga Uno tersebut, selain sejumlah nama yang telah disorongkan PKS—sebagai koalisi pendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam pilkada lalu bersama Gerindra.
Muhammad Taufik yang juga Wakil Ketua DPRD DKI mengaku kemunculan nama keponakan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto itu tak mempengaruhi langkahnya tersebut. “Enggak apa, biasa itu, dinamika. Muncul-muncul saja kan boleh,” katanya di gedung DPRD DKI, Senin 24 September 2018.
Baca:
Pengganti Sandiaga Uno, PKS Desak Muhammad Taufik Patuhi Pusat
Muhammad Taufik justru mengatakan, hasil rapat pimpinan DPD, DPC, PAC Gerindra se-DKI beberapa waktu lalu sudah sepakat menyorongkan namanya sebagai kandidat Wakil Gubernur. Hasil rapat itu, kata Taufik, akan dikonsultasikan ke DPP dalam waktu dekat sebelum diserahkan ke Gubernur DKI Anies Baswedan. "Minggu ini dikirim ke Gubernur, tembusan ke DPRD," kata Muhammad Taufik.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan Prabowo belum memutuskan apapun perihal Wakil Gubernur DKI. Namun, sejumlah nama memang diakuinya muncul dalam pembahasan, termasuk Sara Djojohadikusumo.
"Beberapa nama diwacanakan oleh internal dan DPP. Tapi belum ada pembahasan lagi," ujar Andre, Ahad 23 September 2018.
Baca:
Calon Wagub DKI Jakarta, Dua Kader PKS Ini Bersaing Modal
Sara secara terpisah mengatakan mendapat dukungan dari sejumlah rekannya di DPP Gerindra untuk maju sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sara berujar, gerakan dukungan itu muncul sekitar satu pekan lalu. "Istilahnya buat emak-emaknya, apalagi sekarang ada gerakan emak-emak," ucap Sarah.
Walau mendapat dukungan, Sara tidak pernah mengajukan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta kepada Gerindra. Dia mengatakan, keputusan tetap berada di pimpinan partai. "Tapi kalau memang amanah dan mandat, saya tentunya harus mempersiapkan dirilah, untuk mengabdi," kata perempuan kelahiran 1986 itu.