Saroh kini lega, setelah mempunyai toilet dan kamar mandi, ia berenam bersama anak gadis dan cucunya sudah tidak lagi ke kebun kosong atau sungai seperti selama ini ia dan warga sekitar lakukan. Mereka hidup tanpa toilet sejak 1982.
Baca:
Banyak Warganya BAB Sembarangan, Pemda Beberkan Faktor Penyebab
"Selama ini untuk buang air besar di kali atau di kebun, kalau mandi dan cuci juga di kali," katanya.
Toilet menjadi barang yang langka sekalipun penduduk hidup berkecukupan dengan rumah-rumah yang permanen. Untuk urusan buang hajat mereka lebih suka di kebun, kali atau sungai. Tak heran jika puluhan bilik kakus yang terbuat dari kain, terpal dan seng berjejer di atas kali dekat kampung itu.
Bilik kakus buatan diatas kali atau sungai yang lebih dikenal sebagai “helikopter” masih marak di Desa Sangiang, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang yang masih memiliki kebiasan buang air besar di sungai. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Simak:
Dinkes: 27 Persen Warga Kabupaten Tangerang BAB Sembarangan
Manager KCP Sepatan Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia, Muhamad Kurtubi, mengatakan masih banyak warga Kampung Kongsor BAB sembarangan tempat. Dia mencatat, dari 320 anggota Koperasi Syariah BMI, baru 20 rumah yang memiliki toilet dengan cara mencicil.
"Memang sulit untuk mengubah prilaku dan pola pikir mereka, butuh waktu dan kesabaran," kata Kurtubi.