TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta sedang melakukan pemetaan sekolah rawan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah ibu kota. Pendataan ini dilakukan untuk menentukan sekolah mana saya yang akan dilakukan pengasapan atau fogging.
"Kami sedang memproses pemetaan sekolah rawan DBD. Selama ini Disdik dan tim dari kami rutin melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI, Widyastuti di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 13 Maret 2019.
Baca: Dinkes: Jumlah Kasus DBD Awal 2019 Hampir Samai Sepanjang 2018
Menurut Widyastuti, pendataan ini perlu dilakukan karena sekolah menjadi salah satu lokasi rawan DBD. Penyakit ini diketahui paling banyak ditemukan pada anak usia SD dan SMP yang kena gigitan nyamuk, rata-rata jam 10.00 WIB.
"Kita khawatir dan patut diduga kalau ada kemungkinan (gigitan nyamuk), meskipun di pemukiman juga tak menutup kemungkinan terkena gigitan nyamuk, karena Sabtu dan Minggu libur sekolah," kata Widaystuti.
Selain upaya pendataan, dinas sudah menyampaikan kembali kepada para tenaga medis di bawah orgnisasi masing-masing serta para dokter di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar tidak telat mendiagonsa. "Kami sudah sampaikan dari awal, kita melalui berbagai jalur. Kalau dokternya kita melalui IDI. Untuk klinik kita ingatkan kembali agar tidak terjadi keterlambatan diagnosa," kata Widyastuti.
Baca: Musim Hujan, Penderita DBD di Jakarta Mencapai 2.200 Kasus
Saat ini, kata Widyastuti, ada pola agar para medis jangan hanya memegang jumlah trombosit tapi juga bagaimana kondisi klinis pasien yang bervariasi. "Memang pola-pola sekarang tidak hanya berpatokan pada jumlah trombosit, kalau dulu ada indikasi bahwa dirawat di rumah sakit kalau jumlah trombositnya kurang dari seratus ribu," ujarnya.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan DKI, wilayah yang rawan DBD di ibu kota, yaitu di Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Sementara itu, jumlah pasien DBD pada Maret ini sebanyak 172 orang.