TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 2.282 kasus demam berdarah dengue atau DBD terjadi di DKI Jakarta pada 2019 hingga 2 Maret 2019.
Baca: Ledakan Wabah DBD di Tangerang Bulan Ini, Rumah Sakit Penuh
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan jumlah penderita DBD per akhir Februari 2019 mencapai 1.354 jiwa. Angka itu mengalami peningkatan dibanding Januari 2019 yang hanya 989 jiwa.
"Dari Januari sampai tanggal 2 Maret, ada 2.282 kasus DBD di DKI Jakarta dan 1 kematian," ujar Widyastuti di Gedung Dinas Kesehatan, Jakarta Pusat, Senin, 4 Maret 2019.
Lima kecamatan dengan tingkat kejadian (incidence rate/IR) tertinggi ada di tiga wilayah, yakni Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan. IR adalah perhitungan kejadian per 100.000 penduduk yang digunakan untuk mengukur proporsi kejadian DBD di satu daerah.
Sebelumnya, Widyastuti telah memprediksi kasus DBD akan terus meningkat signifikan saat memasuki musim penghujan di awal tahun 2019. Perkiraan itu didasarkan pada intensitas kelembapan udara yang cukup tinggi di lima wilayah di Jakarta. Dari pemetaan yang dilakukan pihaknya, Jakarta Barat, Selatan, dan Timur menjadi wilayah yang paling rentan.
Untuk mengantisipasi terjadinya kasus DBD, warga diminta untuk rutin melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan kasus DBD umumnya terjadi di tempat-tempat yang dekat dengan ladang, kebun, dan perumahan yang ada lahan terbuka. Menurut Anies, kriteria tempat tersebut banyak ditemukan di kawasan selatan Jakarta.
Baca: Fogging Dituding Tidak Efektif Cegah DBD, Ini Kata Guru Besar UI
Oleh sebab itu, Anies mengatakan pihaknya menggenjot keberadaan jumantik di setiap kawasan untuk memastikan tak adanya genangan air, tempat berkembang biaknya nyamuk. Ia juga mengimbau kepada masyarakat yang merasa terserang DBD untuk segera memeriksakan dirinya ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) terdekat.