TEMPO.CO, Jakarta - Bayang-bayang kerusuhan Mei 1998 masih membekas bagi Ahmad Taufiq, pelapak Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, terkait aksi demo damai berujung kerusuhan atau rusuh 22 Mei lalu.
Pria paruh baya ini was-was aksi 22 Mei bakal berujung sama seperti kerusuhan 98. Karena itulah, Ahmad memutuskan untuk menutup lapaknya di Blok G Tanah Abang pada Rabu, 22 Mei 2019.
Baca juga : Efek Rusuh 22 Mei, Manajer Pasar Tanah Abang: Potensi Rugi Ratusan Miliar
"Tanggal 22 walaupun pemerintah memutuskan atau tidak (pemenang pilpres) kita antisiapsi juga buat pengamanan sendiri," kata Ahmad saat ditemui di Blok G Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat sore, 24 Mei 2019.
Ahmad memutuskan membuka toko bajunya pada 23 Mei dan hari ini. Dia terpaksa berdagang untuk mencari nafkah meski sudah memprediksikan tak banyak pembeli yang bakal melirik jualannya. Menurut dia, aksi 22 Mei telah membuat omsetnya merosot hingga 80 persen.
Pembeli, Ahmad menambahkan, tak akan banyak datang ke Pasar Tanah Abang mengingat kerusuhan pertama kali pada Rabu dinihari, 22 Mei 2019 terjadi di sekitar lokasi itu. Ahmad berpendapat, warga masih takut apalagi dengan informasi yang sudah menyebar luas di media sosial.
"Orang masih trauma," ucap dia.
Dari pantauan Tempo, pedagang masih membuka lapaknya di Blok G sekitar pukul 15.30 WIB. Sementara di Blok F baru hanya beberapa toko yang masih bisa melayani pembeli pada pukul 16.39 WIB.
Ahmad, pedagang gorden, terlihat sedang bersiap-siap menutup lapaknya sore ini. Garasi di toko-toko di sekeliling lapak Ahmad tutup. Dia berujar toko ditutup sejak 14.00 atau 15.00. "Tadi tutup siangan ada isu mau demo," ujar dia.
Baca juga : Rusuh 22 Mei, Empat Pos Polisi Dirusak Massa
Seroang petugas keamanan jembatan penyeberangan multiguna alias skybridge Tanah Abang, Rian memaparkan Blok A, Blok B, Blok F, dan Pasar Metro Tanah Abang hari ini hanya buka setengah hari.
Tempo melihat pintu skybridge yang terhubung dengan Blok F Tanah Abang terkunci. Rian menuturkan, penutupan dini pasca rusuh 22 Mei dimulai Jumat siang. "Ada laporan massa sudah mulai bergerak depan Bawaslu, antisipasi saja," papar dia.