TEMPO.CO, Tangerang -Sudah hampir dua bulan belakangan ini, Budi Rahayu, 43 tahun kebingungan mengatur keuangan untuk keperluan air bersih, akibat dilanda kekeringan.
Sulitnya air karena kekeringan, membuat ibu empat anak ini harus mengeluarkan kocek ekstra besar hanya untuk air."Sulit didapat. Dan kalaupun ada harganya mahal," ujarnya kepada Tempo, Kamis 21 Agustus 2019.
Warga perumahan Sudirman Indah, Kelurahan Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa ini mengaku dalam sehari ia menghabiskan delapan derijen air-masing masing derijen berisi 20 liter air. Harga per derijen air Rp 3000. "Itupun hanya untuk keperluan mandi, kakus dan cuci piring, kalau untuk minum beli air mineral," katanya.
Nah untuk cuci pakaian, Budi Rahayu harus mengeluarkan biaya lagi karena harus di loundry. "Kalau buat cuci pakain airnya gak cukup,"katanya.
Menurut Budi Rahayu, untuk mendapatkan air bersih itu ia harus beradu cepat dengan warga lainnya dalam mencegat tukang air keliling yang menggunakan gerobok. "Kadang tukang airnya belum masuk gang, sudah banyak yang menunggu, jadi cepet cepetan dapat," katanya.
Karena sulitnya mendapatkan air, Rahayu mengatakan sangat mengirit penggunaan air."Mandipun mandi bebek, diguyur air sedikit, sabunan, terus bilas airnya sedikit sedikit, pernah juga gak mandi karena nunggu air gak datang datang," katanya.
Menurut Budi, volume air sumur di perumahan itu sudah lama turun dan semakin hari semakin sedikit. "Nah sejak kemarau ini air sumur kering," katanya. Karena sulit, warga sudah beberapa kali meminta bantuan air bersih ke Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pemerintah dan PDAM Tirta Kertaraharja juga sudah beberapa kali mengirimkan bantaun air bersih. "Tapi bantuan kan gak datang tiap hari, sementara warga butuh tiap hari," kata Rahayu.
Rahayu dan warga perumahan itu berharap aliran pipa air PDAM bisa segera sampai ke rumah mereka. "Harapan kami PDAM segera merealisasikan janjinya membangun instalasi air bersih yang katanya akhir tahun ini akan masuk ke wilayah Tigaraksa dan sekitarnya."