TEMPO.CO, Jakarta - Kericuhan antar pencari suaka yang menempati gedung eks kodim Daan Mogot Baru, Kalideres, Jakarta Barat terjadi pada Kamis kemarin, 22 Agustus 2019. Kericuhan itu dipicu oleh jumlah bantuan yang tak sepadan dengan jumlah pengungsi yang ada di sana.
Bantuan yang dimaksud adalah 500 nasi kotak yang disalurkan oleh lembaga sosial Dompet Dhuafa. Selain itu ada juga wafer dan peralatan mandi.
Seorang pengurus Dompet Dhuafa, Priyanto Saputro, mengatakan bahwa pihaknya kemarin memang hanya mampu menyediakan 500 nasi kotak. Pasalnya, menurut dia, mereka kekurangan alat dan tenaga untuk mengolah bahan mentah menjadi makanan siap saji. Jumlah pengungsi yang berada di sana berjumlah 1.151 orang.
Dia membantah hal tersebut karena kesalahan teknis saat pembagian. "Sebenarnya bukan kesalahan teknis. Ini kegiatan kedua kalinya. Kegiatan sebelumnya kami kerjasama dengan Tagana dan Dinsos kami suplai di dapur umum sisanya yang atur Dinsos," ujarnya saat dihubungi Tempo, Jumat 23 Agustus 2019.
"Kemarin kenapa yang masuk di dapur keliling kami hanya 500 karena kami keterbatasan alat dan tenaga. Personil kami banyak tidak hadir karena ada kegiatan lain."
Pada saat penyaluran kemarin pun Priyanto menyebut pihaknya melakukan koordinasi dengan Dinsos. Kemudian setelah sampai di lokasi penampungan awalnya petugas Tagana meminta bantuan itu di kembalikan karena tidak cukup dan di khawatirkan memicu kecemburuan.
Dari pantauan Tempo, pembagian nasi kotak berlangsung di luar penampungan di pinggir jalan depan sekolah Dian Harapan. Pembagian dilakukan di luar untuk menghindari Keributan. Pada saat pembagianpun di kawal oleh petugas yang berjaga di penampungan yakni anggota Polsek Kalideres.
Pembagian nasi berlangsung aman. Sementara di dalam, di pos penampungan juga sedang berlangsung pembagian wafer dan alat mandi sejak pukul 14.00 WIB.
Pada saat pembagian pencari suaka asal Sudan merasa kesal karena lapar seharian.
Karena merasa mereka pun beradu mulut dengan pengungsi asal Afghanistan dan akhirnya pecah baku hantam hingga polisi harus mengeluarkan tembakan peringatan ke udara.
Priyanto menyatakan bahwa kejadian itu tak akan menyurutkan langkah mereka untuk memberikan bantuan. Dia berjanji akan memberikan bantuan sesuai dengan jumlah para pengungsi
"Kedepan akan suplai lagi, sebanyak 1.300 dan tetap melakukan koordinasi dengan Dinsos," ujarnya.
Nasib para pengungsi tersebut terlunta-lunta setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghentikan bantuan sejak Rabu malam, 21 Agustus 2019. DPRD DKI sendiri telah meminta Badan Persatuan Bangsa Bangsa Untuk Urusan Pengungsi mengembalikan para pencari suaka ke negara asalnya. Namun hingga kini belum ada respon dari UNHCR terkait masalah tersebut.