TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan rencana Ibu Kota pindah ke Kalimantan Timur tak membuat upaya pihaknya untuk meningkatkan dan memperluas pelayanan mereka.
Hal itu, kata Agung, lantaran Jakarta dianggap akan tetap menjadi pusat bisnis di Indonesia. “Ibu kota bisa di mana saja, tapi bapak kota tetap Jakarta,” kata dia dalam konferensi pers di gedung Chubb Square, Jalan MH Thamrin, Rabu, 28 Agustus 2019.
Menurut Agung, banyak negara yang telah memindahkan ibu kotanya. Meski begitu, daerah eks ibu kota tetap ramai dan menjadi pusat bisnis, misalnya kota New York yang tetap lebih ramai ketimbang Washington DC sebagai Ibu Kota Amerika Serikat.
Selanjutnya di Australia dengan Ibu Kota Carnberra dan kota bisnis di Sydney dan Melbourne. Agung mengatakan meskipun ibu kota dipindah, Jakarta akan tetap ramai.
Dalam program Jakarta City Regeneration, Gubernur Anies Baswedan mengajukan anggaran sebesar Rp 571 triliun. Khusus untuk Transjakarta, kata Agung, pihaknya membutuhkan sekitar Rp 10 triliun dan Rp 4 triliun untuk revitalisasi angkot.
Jumlah tersebut dapat meningkat dengan keluarnya Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 yang mengharuskan adanya peremajaan 10.047 armada. Per Juli 2019, Transjakarta memiliki 3.305 armada bus.
Ditambah, saat ini cakupan layanan Transjakarta telah meluas ke wilayah seputar Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok lewat rute koridor 13 dan non-Bus Rapid Transit. “Hasilnya (dari perluasan wilayah pelayanan) memang belum seperti yang diharapkan karena pembiayaan masih dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta,” tutur Agung.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa Ibu Kota akan dipindah dari Jakarta ke sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.