TEMPO.CO, Jakarta - Tawuran di Manggarai pecah pada Rabu kemain, 4 September 2019. Bentrok antar warga itu disebut sudah sering terjadi.
Kepala Kepolisian Sektor Tebet Komisaris Alam Nur mengatakan tawuran di Manggarai bukan hanya terjadi kemarin saja. Menurut dia, masalah utamanya adalah saling ejek dan saling tantang antarwarga yang saat ini marak dilakukan melalui media sosial.
"Begitu saja modelnya dari dulu," kata Nur Alam saat dihubungi, Kamis, 5 September 2019.
Seperti diketahui, tawuran di Manggarai kembali pecah kemarin, Rabu, 4 September 2019 pukul 16.14. Bentrok yang terjadi di atas rel itu membuat perjalanan kereta api listrik terganggu. Dua warga yang saling serang berasal dari Magazen Manggarai Selatan, Jakarta Selatan dan Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat
Nur Alam melanjutkan, masalah lain yang kerap menjadi pemicu bentrokan antar warga adalah perebutan lahan pengatur lalu lintas atau pak ogah dan juga lahan parkir.
Menurut dia, di area Menteng Tenggulun arah kawasan Pasar Rumput ada jembatan yang kerap di lalui kendaraan untuk menuju daerah Sultan Agung. Di daerah situ, banyak para pengatur lalu lintas yang mengharapkan uang atau Pak Ogak beroperasi.
"Sultan Agung itu kan Wilayah Setiabudi, warga Pasar Rumput rumput enggak bisa ambil di situ, makanya sering ribut. Itu salah satunya," kata Nur Alam.
Untuk mencegah tawuran kembali pecah, Nur Alam mengatakan polisi telah menemui Camat, Lurah, tokoh masyarakat dan pemuda setempat. Saat ini, kata dia, anggota polisi dari Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Selatan dan Polsek Setiabudi dan Polsek Tebet masih disiagakan di lokasi bekas tawuran.