TEMPO.CO, Jakarta - Tim Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI) Tahap 2 menyoroti perlunya infrastruktur yang dapat mengakomodasi konektivitas pengguna transportasi umum. Infrastruktur itu dinamakan plaza stasiun (station plaza).
Kepala Proyek JUTPI 2, Junkichi Kano, mengatakan terciptanya sistem yang saling terkoneksi itu memudahkan penumpang berpindah transportasi.
"Orang dapat mudah berganti transportasi. Kita butuh terkoneksi," kata Kano saat konferensi pers di Hotel The Westin, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 24 Oktober 2019.
Kano memaparkan plaza stasiun merupakan infrastruktur kota yang penting guna mengoneksikan stasiun dengan jalan raya dan tempat komersial di sekitar. Menurut dia, setiap stasiun di Jepang memiliki infrastruktur itu.
Di negeri Sakura tersebut, dalam satu area terdapat stasiun kereta, bangunan terminal, terminal bus, tempat parkir, dan pedestrian. Plaza stasiun perlu dilengkapi dengan pengembangan jasa bus pengumpan (bus feeder).
Selanjutnya, Kano berujar, perlunya pedestrian sebagai akses bagi pejalan kaki untuk berpindah ke transportasi jenis lain.
"Ini adalah ruang publik yang dapat memudahkan pindah ke transportasi lain. Sistem ini penting di Jabodetabek," ucap dia.
Hari ini JUTPI 2 mengadakan pertemuan dengan beberapa pemangku kepentingan (stakeholders) sehubungan dengan pengembangan sistem transportasi publik di Jabodetabek. Pihak yang terlibat di antaranya Kementerian Koordinator Bidang Perkonomian, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Pemerintah DKI, Pemerintah Banten, dan Pemerintah Jawa Barat.
Dalam pertemuan, JUTPI 2 menyimpulkan empat isu utama dan rekomendasi. Pertama, kebutuhan transportasi terintegrasi, refleksi rancangan besar sistem transit oriented development (TOD), arahan untuk pengembangan infrastruktur publik, serta organisasi dan keuangan.